Minggu, 03 April 2011

bahan pewarna

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh. Penambahan bahan tambahan/zat aditif ke dalam makanan merupakan hal yang dipandang perlu untuk meningkatkan mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa zat pewarna telah mengalami perkembangan seperti halnya zat pewarna hasil rekayasa teknologi yang ikut berkembang. Warna merupakan salah satu faktor penentu yang dilihat oleh seseorang sebelum memutuskan untuk memilih suatu barang yang termasuk di dalamnya adalah makanan dan minuman. Makanan yang memiliki warna cenderung lebih menarik untuk dipilih konsumen daripada makanan yang tidak berwarna. Pemakaian zat pengawet, pemanis dan pewarna sintetik pada makanan dan minuman telah banyak digunakan. Khususnya zat pewarna, masih banyak ditemukan pemakaian zat pewarna berbahaya bagi manusia, contohnya: Rhodamin B, Sudan I, Metanil Yellow, Citrus Red, Violet dan lain-lain. Pewarna-pewarna tersebut dinyatakan berbahaya oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 239 / Men.Kes / Per / V / 85.
Harga menjadi salah satu alasan oleh produsen untuk menggunakan zat pewarna tekstil untuk ditambahkan pada produk makanan mereka, dimana zat pewarna tekstil relatif lebih murah dan biasanya warnanya lebih menarik disbanding dengan zat pewarna untuk makana. Contohnya pemakaian Rhodamin B yang masih banyak digunakan sebagai pewarna makanan. Pemberian zat pewarna berbahaya seperti Rhodamin B yang dipakai dalam bahan makanan juga disebabkan karena ketidaktahuan tentang zat pewarna apa saja yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk ditambahkan pada makanan. Masyarakat kurang mengetahui bahwa Rhodamin B yang digunakan dalam makanan dapat menimbulkan gangguan kesehatan tubuh mereka.
Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004, Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati, akan tetapi sampai sekarang masih banyak produsen yang menggunakan Rhodamin B dalam produk makanan dan minuman yang dihasilkannya. Rhodamin B ditemukan dalam produk kerupuk, jelli/agar-agar, aromanis, dan minuman serta dalam terasi.
Zat warna Rhodamin B walaupun telah dilarang penggunaanya ternyata masih ada produsen yang sengaja menambahkan zat warna Rhodamin B untuk produk minuman sebagai pewarna merah dengan alasan warnanya sangat bagus, mudah didapat, dan murah harganya. Sebagian besar produk tersebut tidak mencantumkan kode, label, merek, jenis atau data lainnya. Para pedagang minuman menggunakan pewarna untuk memperbaiki warna merah minuman yang berkurang (menjadi pudar) akibat penambahan bahan lain. Rhodamin B dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia.
Petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang pada Januari 2010, menemukan beberapa jajanan sekolah yang mengandung zat-zat berbahaya bagi manusia saat melakukan pemeriksaan rutin makanan di SD Negeri Pendrikan Tengah 01-02 di Jalan Sadewa Semarang dan SD Masehi di Jalan Imam Bonjol. Dari beberapa jajanan sekolah yang diperiksa ternyata ditemukan dua produk jajanan yang mengandung zat berbahaya, yaitu formalin yang ditemukan pada mie goreng dan Rhodamin B (pewarna tekstil) ditemukan pada kerupuk. BBPOM Makasar pada tahun 2009 sampai 2010 ini menemukan 72 sampel makanan yang mengandung zat pewarna berbahaya, salah satunya adalah Rhodamin B. Di Jogja pada tanggal 5 Januari 2010, BBPOM menemukan Rhodamin pada es puter di SD Keputren 1. Rhodamin dan zat berbahaya lain juga ditemukan di Kota Serang. Pada pemeriksaan awal bulan Desember 2009, BBPOM memeriksa sekitar 157 sampel makanan. Dari jumlah tersebut ditemukan 18 jajanan anak positif mengandung zat berbahaya. Temuan pertama 3 sampel makanan mengandung formalin, yang kedua ditemukan 5 makanan mengandung boraks, dan yang ketiga ada 10 makanan mengandung Rhodamin B. Penelitian Paramita Erwin Budiyanto pada tahun 2008, telah menemukan Rhodamin B pada saos dan cabe giling di pasar Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta. Hal ini menunjukkan penggunaan Rhodamin sebagai pewarna makanan sudah meluas ke hampir seluruh kota di Indonesia.
Pengetahuan tentang pewarna makanan yang rendah, memungkinkan produsen menggunakan Rhodamin B sebagai bahan tambahan makanan. Makanan yang mengandung Rhodamin B, warnanya lebih mencolok daripada makanan yang berwarna alami. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan di samping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan bahan pewarna makanan?
2. Apa saja tujuan pemberian bahan pewarna makanan?
3. Apa saja jenis-jenis pewarna makanan?
4. Apakah kelebihan dan kelemahan pewarna alami?
5. Apa pula kelebihan dan kelemahan pewarna buatan?
6. Bagaimana penyalahgunaan pewarna pada makanan?
7. Apa saja bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan pewarna buatan pada makanan?
8. Bagaimana cara kita memilih makanan?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memberi pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya mengenai jenis-jenis pewarna alami dan buatan.
2. Menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya penggunaan bahan pewarna alami dan bahaya penggunaan bahan pewarna buatan.
3. Memberi pengertian kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam memilih makanan.


BAB II
BAHAN PEWARNA MAKANAN


A. Pengertian Bahan Pewarna Makanan
Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air.
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya.
Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna.
Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki afinitas terhadap substrat.

B. Tujuan Pemberian Bahan Pewarna Makanan
Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah
1. Memberi kesan menarik bagi konsumen
2. Menyeragamkan dan menstabilkan warna
3. Menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan
4. Memberi identitas pada makanan/minuman

C. Jenis Pewarna Makanan
Pewarna pada makanan dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pewarna Alami
Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu.
Pewarna alami dapat kita temukan pada :
a. Buah Bit (pemberi warna pink atau merah keunguan).
Buah berwarna merah tua ini mengandung vitamin A (karotenoid), vitamin B1, B2, vitamin C dan asam folat. Manfaatnya antara lain membantu mengobati penyakit hati dan empedu, penghamcur sel kanker dan tumor, mencegah anemia, menurunkan kolesterol dan membantu produksi sel darah merah.


b. Wortel (pemberi warna kuning / jingga).
Wortel bermanfaat dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah, serta membantu pertahanan tubuh dari resiko kanker, terutama kanker paru-paru, kanker larynk (tenggorokan), esophagus (kerongkongan), prostat, kandung kemih, dan leher rahim.


c. Kunyit (pemberi warna kuning).

Kunyit mengandung curcumin, suatu zat berwarna kuning.Jenis tanaman obat ini berguna sebagai obat anti gatal dan anti kejang, mengurangi pembengkakan, dan menyembuhkan hidung tersumbat.

d. Sawi (pemberi warna hijau).
Sayuran ini kaya akan protein,lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamin B dan vitamin C. Manfaatnya untuk mengurangi rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar percernaan.


e. Daun Selada (pemberi warna hijau).
Daun selada air juga bermanfaat bagi kesehatan. Selain kaya serat, sayuran berwarna hijau muda ini juga mengurangi resiko terjadinya kanker, katarak, menurunkan resiko gangguan jantung dan terjadinya stroke, mengurangi ganguan anemia, meringankan insomnia(sulit tidur), serta membantu kerja pencernaan dan kesehatan organ hati.


f. Daun Suji dan Daun Pandan (pemberi warna hijau).
Daun suji biasa dipakai sebagai pemberi warna hijau pada makanan. Karena keindahan bentuk daunnya, tanaman ini seringkali digunakan sebagai tanaman hias. Agar lebih sempurna, daun suji seringkali dicampur dengan daun pandan sehingga selain memberi warna sekaligus juga memberi aroma harum pada makanan, kue dan minuman. Daun suji lebih sering dipakai sebagai pewarna pada kue jajan pasar dan minuman. Daun pandan juga bisa memberikan warna pada masakan dengan cara menumbuk dan memeras airnya, namun efek warnanya tidak sekuat daum suji.


g. Gula merah, selain sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya pada bubur dan dodol


h. Buah kakao merupakan penghasil cokelat dan memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya es krim, susu cokelat, atau kue kering



i. Kayu Secang (Pemberi warna merah)

Secang (Caesalpinia sappan L.) adalah tanaman berkayu yang biasa dimanfaatkan bagian batangnya.
Cara menggunakannya, batang basah diserut dan dikeringkan. Serutan batang kayu secang kering direbus dengan air dan disaring, baru dicampurkan ke dalam adonan atau bahan yang akan diwarnai. Secang memberikan warna merah. Kayu secang dapat diperoleh di toko yang menjual jamu tradisional.

j. Angkak (Pemberi warna merah)

Warna merah angkak sangat potensial sebagai pengganti warna merah sintetis. Saat ini angkak digunakan pada berbagai produk makanan seperti pada pembuatan anggur, keju, sayuran, pasta ikan, kecap ikan, minuman beralkohol, aneka kue, serta produk olahan daging seperti sosis.
Angkak digunakan dengan cara diseduh air panas, air seduhan pertama dibuang karena rasanya pahit. Baru pada seduhan ketiga disaring, lalu haluskan. Pewarna merah juga dapat diperoleh dari kulit bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L) dengan cara diseduh air panas terlebih dahulu sebelum digunakan, atau diperoleh dari bit yang direbus lalu diambil airnya, atau diblender bitnya.

k. Bunga Telang (Pemberi warna biru)

Bunga telang berwarna biru keunguan yang banyak tumbuh di Asia. Warna biru keunguannya dapat digunakan sebagai pewarna alami biru pada makanan.
Cara menggunakan: cuci bersih bunga telang, remas-remas atau tumbuk dengan sedikit air matang, lalu saring. Bisa juga dengan merebus bunga talang hingga bunga layu dan airnya berwarna biru, kemudian saring dan diambil airnya.
Alternatif lain bisa juga dengan cara merendam bunga telang dengan air panas hingga airnya berwarna biru, remas-remas, saring, dan ambil airnya. Untuk menyimpan dalam waktu lama, bunga telang bisa dikeringkan dengan cara dijemur di sinar matahari, lalu masukkan ke dalam kemasan yang kering dan tertutup.

l. Kluwek, Abu Merang dan tinta cumi (Pemberi warna hitam)

Untuk hidangan atau kue yang berwarna hitam dapat digunakan abu merang yang dibuat dari merang yang dibakar, lalu diayak atau bisa juga kluwek kualitas baik dipecahkan, lalu diambil daging buahnya untuk kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bumbu lainnya. Warna hitam juga dapat diambil dari tinta cumi yang dilarutkan dengan air.

2. Pewarna Buatan/Pewarna Sintesis
Zat pewarna sintesis, secara umum dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu zat pewarna asam dan zat pewarna dasar.
Contoh pewarna dari jenis asam adalah amaranth dan tartrazine. Sebagian besar pewarna yang dinyatakan aman untuk digunakan, dipakai sebagian pewarna makanan dan sediaan obat-obatan. Pewarna tersebut merupakan garam natrium dari asam sulfat.
Zat pewarna juga digunakan sebagai zat diagnostic, desinfektan dan zat dalam proses pengobatan. Zat warna merah, seperti garam aluminium atau kalsium dari zat warna larut air, sering kali ditambahkan pada aluminium hidroksida, dan sering digunakan sebagai pewarna pada tablet dan gelatin pada kapsul. Stabilitas warna dari zat pewarna dipengaruhi oleh cahaya, pH, oksidator, reduktor, dan surfaktan.

Beberapa jenis pewarna buatan yaitu :
a. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1-10 dari sepuluh ribu orang, tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.

b. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah.
Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi Sunset Yellow.

c. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi.

d. Allura Red (E129)
Allura Red adalah pewarna sinetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain, termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia.
Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu, 15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal.

e. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma.

f. Rhodamine B
Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang tidak boleh dipergunaan untuk makanan. Rhodamin B memiliki rumus molekul C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul sebesar 479.000. Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah-merahan, sangat mudah larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berflourensi kuat. Selain mudah larut dalam air juga larut dalam alkohol, HCl dan NaOH.

Nama Lain Rhodamine B:
1) Acid Bruliant Pink B
2) ADC Rhodamine B
3) Aizen Rhodamine BH
4) Aizen Rhodamine BHC
5) Akiriku Rhodamine B
6) Briliant Pink B
7) Calcozine Rhodamine BL
8) Calcozine Rhodamine BX
9) Calcozine Rhodamine BXP
10) Cerise Toner
11) [9-(orto-Karboksifenil)-6-(dietilamino)-3H-xantin-3-ylidene]dietil ammonium klorida
12) Cerise Toner X127
13) Certiqual Rhodamine
14) Cogilor Red 321.10
15) Cosmetic Briliant Pink Bluish D conc
16) Edicol Supra Rose B
17) Elcozine rhodamine B
18) Geranium Lake N
19) Hexacol Rhodamine B Extra
20) Rheonine B
21) Symulex Magenta
22) Takaoka Rhodmine B
23) Tetraetilrhodamine
Rhodamin B sampai sekarang masih banyak digunakan untuk mewarnai berbagai jenis makanan dan minuman (terutama untuk golongan ekonomi lemah), seperti kue-kue basah, saus, sirup, kerupuk dan tahu (khususnya Metanil Yellow), dan lain-lain. Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan merah terang mencolok. Biasanya makanan yang diberi pewarna untuk makanan warnanya tidak begitu merah terang mencolok.

D. Kelebihan Dan Kelemahan Pewarna Alami
1. Kelebihan
a. Lebih aman untuk dikonsumsi
b. Tidak memiliki efek samping

2. Kelemahan
a. Warna yang dihasilkan kurang stabil, mudah berubah oleh pengaruh tingkat keasaman tertentu
b. Untuk mendapatkan warna yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak
c. Pilihan warna kurang banyak
d. Kadang-kadang memberi rasa dan aroma yang agak mengganggu

E. Kelebihan Dan Kelemahan Pewarna Buatan
1. Kelebihan
a. Kestabilan warna lebih tinggi (tahan lama)
b. Praktis dan ekonomis
c. Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam
d. Pilihan warna lebih banyak
e. Biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu
f. Mudah disimpan

2. Kelemahan
a. Memiliki efek negatif pada tubuh
b. Membuat hiperaktif pada anak
c. Tidak semua bahan pewarna buatan cocok digunakan pada makanan
d. Banyak yang bersifat karsinogen (penyebab kanker)

F. Penyalahgunaan Pewarna Pada Makanan
1. Penggunaan pewarna sintetis yang tidak proporsional bisa mengganggu kesehatan.
Bahan pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan (food grade) harus dibatasi jumlahnya. Karena pada dasarnya, setiap benda sintetis yang masuk ke dalam tubuh kita akan menimbulkan efek. Beberapa negara maju, seperti Eropa dan Jepang bahkan telah melarang penggunaan pewarna sintetis tersebut. Misalnya saja pewarna tartrazine, telah mulai ditinggalkan oleh negara tertentu. Mereka lebih merekomendasikan pewarna alami.
2. Bahan perwarna dapat membahayakan kesehatan bila pewarna buatan ditambahkan dalam jumlah berlebih pada makanan, atau dalam jumlah kecil namun dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka waktu lama
3. Menggunakan pewarna bukan makanan (non food grade) untuk memberikan warna pada makanan.
Banyak pengusaha makanan yang memakai zat pewarna tekstil atau kulit. Misalnya saja penggunaan rhodamin B yang sering digunakan untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup. Penggunaan pewarna jenis ini tentu saja dilarang keras, karena bisa menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati. Bahaya akut Rhodamin B bila sampai tertelan maka dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Apabila terpapar Rhodamin B dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati dan kanker hati..

G. Bahaya yang Ditimbulkan oleh Pewarna Buatan
1. Rhodamin B (pewarna tekstil)
Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B:
a. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
b. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
c. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata.
d. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.
Selain itu, Rhodamin B dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan keracunan pada paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus.

2. Tartazine
Meningkatkan kemungkinan hyperaktif pada masa kanak-kanak.
3. Sunset Yellow
Menyebabkan kerusakan kromosom.
4. Ponceau 4R
Anemia dan kepekatan pada hemoglobin.
5. Carmoisine (merah)
Menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.
6. Quinoline Yellow
Hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid.

H. Cara Selektif Dalam Memilih Makanan
1. Setiap kali membeli produk makanan, baca jenis dan jumlah pewarna yang digunakan dalam produk tersebut.
2. Perhatikan label pada setiap kemasan produk. Pastikan di label itu tercantum izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang tertulis: “POM dan Nomor izin pendaftaran”. Atau jika produk tersebut hasil industri rumah tangga maka harus ada nomor pendaftarannya yang tertulis : “ P-IRT dan nomor izin pendaftaran”.
3. Untuk produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya pilih makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok, karena kemungkinan warna tersebut berasal dari bahan pewarna bukan makanan (non food grade) seperti pewarna tekstil.
4. Biasakan membuat makanan dengan mandiri di rumah dengan menggunakan bahan-bahan yang alami.
5. Hindari memilih makanan yang apabila dipegang, warnanya menempel dengan kuat di tangan Anda meski sudah dibasuh dengan air, karena kemungkinan makanan tersebut mengandung zat pewarna tekstil

BAB III
PENUTUP

1. Bahan pewarna adalah suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya yang bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya.
2. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan, dan memberi identitas pada makanan/minuman.
3. Pewarna pada makanan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pewarna alami dan pewarna buatan (sintetis). Pewarna alami contohnya daun suji, daun pandan, buah bit, dan sebagainya. Sedangkan pewarna buatan contohnya adalah rhodamine B, sunset yellow, tartrazine, dan sebagainya.
4. Bahan pewarna alami memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pewarna alami diantaranya lebih aman untuk dikonsumsi dan tidak memiliki efek samping. Sedangkan kelemahan dari bahan pewarna alami adalah warna yang dihasilkan kurang stabil, mudah berubah oleh pengaruh tingkat keasaman tertentu, untuk mendapatkan warna yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak, pilihan warna kurang banyak, dan kadang-kadang memberi rasa dan aroma yang agak mengganggu.
5. Sama halnya dengan pewarna alami, pewarna buatan juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya yaitu: kestabilan warna lebih tinggi (tahan lama), praktis dan ekonomis, warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam, pilihan warna lebih banyak, biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu, serta mudah disimpan.
Kelemahannya yaitu memiliki pengaruh negatif bagi tubuh dan banyak yang bersifat karsinogen (bersifat kanker).

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-merlindara-5650-1-bab1.pdf
http://gurumuda.com/bse/bahan-pewarna
http://informasisehat.wordpress.com
http://nitrosoxyde.wordpress.com/2008/10/21/berbagai-macam-zat-aditif-makanan-dan-bahayanya-bagi-kesehatan/
http://poenya-sukma.blogspot.com/
http://punyaawan.blogspot.com/2008/07/zat-pewarna.html
http://smk3ae.wordpress.com/2008/10/16/mengenal-sekilas-tentang-zat-aditif-pewarna-makanan/
http://www.anneahira.com/bahan-pewarna-makanan.htm
http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/zat_warna_pada_obat_dan_makanan.htm
http://www.dwp.or.id
http://www.g-excess.com/id/zat-aditif-yang-terkandung-dalam-bahan-makanan.html
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5915180
http://www.okefood.com/read/2010/01/14/304/294099/304/jenis-jenis-pewarna-alami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar