Minggu, 03 April 2011

berbicara bahasa indonesia

bahasa Indonesia "berbicara"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai insan yang normal, setiap manusia ingin berkomunikasi dengan manusia yang lainnya. Dengan demikian tidak terlepas dalam aktifitas menyimak dan berbicara. Terutama dalam pemanfaatan bahasa lisan. Namun dalam kenyataannya pembelajaran bahasa pada kurikulum yang telah lalu berbicara belum mendapat perhatian yang memadai karena masih dipadukan atau diselipkan diantara pokok-pokok bahasan yang lain, seperti pragmatik, kosakata, struktur, apresiasi sartra.
Berbicara sebagai salah satu bagian ketrampilan berbahasa mendapat perhatian khusus. Ketrampilan berbicara diajarkan dan dikembangkan sejajar dengan keterampilan-katerampilan yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis. Bahkan dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara terpadu. Untuk itu masalah keterampilan berbicara perlu dipahami dan dibicarakan lebih jauh.
Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.Mari perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut. Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud konsep dasar berbicara?
b. Bagaimana pengertian berbicara?
c. Bagaimana tujuan dalam berbicara?
d. Apa saja jenis berbicara?
e. Bagaimana metode dan perencanaan yang diperlukan dalam berbicara?
f. Bagaimana berbicara yang ideal?
g. Apakah keterampilan yang diperlukan dalam berbicara efektif?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui konsep dasar berbicara.
b. Mengetahui dan memahami pengertian berbicara.
c. Mengetahui tujuan dalam berbicara.
d. Mengetahui apa saja yang termasuk jenis berbicara.
e. Mengetahui dan menerapkan metode dan perencanaan dalam berbicara.
f. Mengetahui dan memahami berbicara yang ideal.
g. Memahami menghayati keterampilan dalam berbicara efektif.



BAB II
KETERAMPILAN BERBICARA

A. KONSEP DASAR BERBICARA
Di dalam berinteraksi atau komunikasi yang menggunakan bahasa dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu secara tertulis dan secara lisan. Untuk dapat berkomunikasi lisan secara efektif diperlukan keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan kebudayaan, sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup sembilan hal, yaitu:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal.
Dalam berkomunikasi lisan pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang resiprokal, berganti peran secara spontan, dan lancar dari pembicara menjadi penyimak dan sebaliknya.
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.
Berbicara dimanfaatkan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungan. Dalam kaitannya dengan fungsi bahasa, berbicara digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan, mengadaptasi, mempelajari dan mengontrol lingkungan.
3. Berbicara adalah tingkah laku.
Melalui berbicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya.
4. Berbicara adalah ekspresi kreatif.
Perkembangan persepsi dan kepekaan terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi seseorang untuk mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual.
5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semain banyak berlatih semakin banyak dikuasai dam terampil dalam berbicara.
6. Berbicara dipengaruhi oleh pengalaman.
Berbicara adalah ekspresi diri. Bila si pembicara memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan dapat menguraikan pengetahuan dan pengalamannya tersebut.
7. Berbicara sarana memperluas cakrawala.
Berbicara dapat juga digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.
8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat.
Dengan memberi kesempatan berbicara akan memberi kesempatan perkembangan linguistik, sehingga mudah belajar berbicara/berbahasa.
9. Berbicara adalah pencaran pribadi.
Gambaran pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara, antara lain : gerak-gerik, tingkah laku, kecenderungan, kesukaan, dan cara berbicaranya. (Logan dkk. 1972: 104-105)

B. PENGERTIAN
Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat. Pesan yang diterima pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam umur lain, yakni bunyi bahasa. Bunyi bahasa yang didengar pendengar tersebut kemudian diubah menjadi bentuk semula yaitu pesan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.(HG Tarigan, 1981:15).
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar(audibel) dan yang kelihatan (visibel) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu aktivitas manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikologis, neurologis semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Berbicara lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Dalam pengertian lain berbicara merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk menyatakan din sebagai anggota masyarakat. Berbicara adalah ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
Berbicara adalah aktivitas untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai kebutuhan pendengar atau penyimak.

C. TUJUAN
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, setogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dibicarakan ; pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya; dan pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik acara umum maupun perorangan.
Gorys Keraf (1977: 189) menyatakan bahwa tujuan berbicara sebagai berikut:
1) Memberikan dorongan (menstimulasi) artinya pembicara berusaha member semangat, membangkitkan gairah, serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.
2) Meyakinkan artinya pembicara ingin mempengaruhi keyakinan atau sikap mental, intelektual kepada para pendengarnya.
3) Bertindak atau berbuat (menggerakkan) artinya pembicara menghendaki adanya tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitkannya emosi/kemauan.
4) Memberitahukan (menginformasikan) artinya pembicara berusaha menyampaikan sesuatu kepada pendengar dengan harapan agar mengerti tentang sesuatu hal/masalah.
5) Menyenangkan (menghibur) artinya pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para pendengar agar terlepas dari kerutinan yang menimpa/dialami oleh para pendengar.

D. JENIS BERBICARA
Gorys Keraf membedakan jenis berbicara ke dalam tiga macam yaitu: 1.) persuasive (mendorong, meyakinkan, dan bertindak). 2.) intruktif (memberitahukan). 3.) Rekreatif (menyenangkan) (1977:189). Djago Tarigan (1990:176) membedakan macam berbicara berdasarkan pada: situasi, tujuan, metode, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus. Menurutnya macam berbicara menjadi beragam sekali tergantung dasar apa yang digunakan untuk membedakannya.
Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, dan lingkungan formal atau informal. Dalam situasi formal, pembicara dapat dituntut berbicara secara formal pula, misalnya dalam ceramah, perencanaan, dan penilaian. Sebaliknya dalam situasi nonformal seperti banyak dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari, pembicara dituntut santai atau tidak formal pula, misalnya dalam tukar menukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelpon, dan member petunjuk.
Seperti telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya, tujuan orang berbicara, ialah ada bermacam-macam. Dalam hal ini pembicara mengharapkan reaksi atau respon dari para pendengar termasuk daripada pendengar. Termasuk ke dalam jenis ini adalah: menginformasikan, menghibur, menstimulasi, meyakinkan, dan mengarahkan.
Ditilik dari metode yang digunakan oleh pembicara, dapat dibedakan menjadi: penyampaian secara mendadak, penyampaian berdasarkan catatan kecil, penyampaian berdasarkan hafalan, dan penyampaian berdasarkan naskah.
Dengan memperhatikan jumlah penyimak yang terlibat dalam suatu pembicaraan, berbicara dapat dibedakan menjadi: antar pribadi, kelompok kecil, dan kelompok besar.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, sering terdapat berbagai kegiatan. Diantara kegiatan tersebut ada yang tergolong kegiatan/peristiwa khusus/spesifik, dan istimewa. Sehubungan dengan kenyataan tersebut, berbicara dapat dibadakan menjadi pidato, presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan (mekan malam), perkenalan, dan pidato nominasi (mengunggulkan).

E. METODE DAN PERENCANAAN BERBICARA
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar, ataupun waktu untuk persiapan sangat menentukan dalam memilih metode atau cara pembicaraan.
Metode penyajian lisan atau berbicara dapat dibedakan menjadi:
1) Metode Impromtu (serta-merta)
Metode ini menyampaikan bahan bicaranya didasarkan atas kebutuhan sesaat. Pembicara tidak berkesempatan untuk mempersiapkan bahan pembicaraan sama sekali. Oleh karena itu wajar bila pembicara berbicara atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya serta teringat di benaknya.
2) Metode Menghafal
Pembicaraan membawakan bahan bicara perencanaan yang cukup matang dan ditulis secara lengkap, kemudian dihafal kata demi kata,kalimat demi kalimat. Dengan metode ini pembicaraan menjadi kaku dan tidak menarik, karena pembicara cenderung menguras tenaga dan ingatan pada bahan yang telah ditulis, sehingga tidak ada usaha menarik perhatian pendengar.
3) Metode Naskah
Penggunaan metode ini dapat kita jumpai pada pidato-pidato resmi, pidato radio dan televisi. Metode ini agak kaku sifatnya, karena pembicara selalu mengarahkan pandangan pada naskah yang dihadapinya. Pembicara yang kurang berpengalaman akan mengalami kesulitan dalam memberikan tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraan dan menarik perhatian pendengar.
4) Metode Ekstemporan (Tanpa naskah)
Uraian yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan-catatan kecil yang penting. Dengan demikian dapat dimanfaatkan oleh pembicara untuk mengurutkan pembicaraannya.

F. PEMBICARA YANG IDEAL
Pengetahuan mengenai cirri pembicara yang ideal sangat bermanfaat bagi seorang pembicara, yaitu untuk mengetahui apakah mereka termasuk pembicara kurang baik atau sudah termasuk pembicara yang baik atau ideal. Berikut ini ciri-ciri pembicara ideal yang perlu diketahui, dipahami, dihayati dan diterapkan dalam berbicara, sebagai berikut :
1. Dapat memilih topik yang tepat
Pembicara yang baik dapat memilih topik atau materi yang menarik,aktual, dan menarik bagi pendengarnya. Pembicara mempertimbangkan minat, hasrat, dan kebutuhan pendengarnya. Bila pembicara menarik dan berkesan di hati pendengar secara otomatis akan efektif penyajian materinya.



2. Menguasai materi pembicaraan
Pembicara yang baik berusaha menguasai dan memahami materi yang akan dibicarakan. Pembicara berusaha menelaah berbagai sumber, acuan seperti majalah, artikel yang berkaitan dengan materi pembicaraannya.
3. Memahami latar belakang pendengar
Sebelum berbicara langsung,pembicara yang baik,berusaha mengumpulkan informasi tentang pendengarnya. Misalnya: jumlah, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan,minat, nilai yang dianut, serta kebiasaannya.
4. Mengetahui Situasi
Pembicara yang baik selalu berusaha memahami dan mengetahui situasi pembicaraan. Karena itu ia tak segan mengidentifikasi ruangan, waktu, peralatan dan suasana.
5. Tujuan yang Jelas
Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaraan dengan terang dan gamblang. Pembicara tahu kemana hendak menghibur, memberi informasi, meyakinkan, menstimulasi atau menggerakkan. Pembicara tahu dengan pasti apa yang diharapkan dari pendengar dan respon dari pendengarnya.
6. Kontak dengan Pendengar
Pembicara yang baik selalu mempertahankan pendengarnya. Ia berusahamemahami reaksi emosi dan perasaan pendengar, berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengar lewat perhatian. Pendengar yang merasa diperhatikan oleh pembicara akan memberikan sikap yang positif.
7. Kemampuan Linguistik dan Non Linguistik Tinggi
Pembicara yang baik akan berusaha memilih, menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk menyampaikan jalan pikirannya.
8. Menguasai Pendengar
Pandai menarik perhatian pendengar merupakan hal yang positif bagi pembicara dengan gaya yang menarik,pembicara dapat mengarahkan dan memusatkan perhatian pendengar kepada pembicaraan.

9. Memanfaatkan Alat Bantu
Dalam menjelaskan materi, pembicara yang baik memanfaatkan alat bantu untuk memudahkan pendengar memahami apa yang disampaikan. Alat bantu dapat berupa skema, diagram, statistik, gambar,dan sebagainya.
10. Penampilan Meyakinkan
Pembicara yang baik selalu tampil meyakinkan pendengarnya. Tingkah laku, gaya berbicara, bahasa, cara berpakaian, dan kepribadian sederhana tetapi berwibawa sehingga tampak anggun dan meyakinkan.
11. Terencana
Sesuatu yang direncana hasilnya akan lebih baik daripada yang tidak terencana. Oleh karena itu pembicara yang baik telah merencanakan pembicaraan sejak dari: memilih topik, menganalisis pendengar dan situasi menyusun kerangka, menguji coba, dan meyakinkan.

G. KETERAMPILAN BERBICARA EFEKTIF
Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya. Hal itu dapat terjadi jika pembicaraannya sistematis, benar, tepat dan tidak berbelit-belit dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Pada dasarnya berbicara efektif pada kesempatan apapun terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu pembukaan, isi atau inti permasalahan, dan penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah bagian awal dari setiap pembicaraan. Bila pembukaan sudah berhasil menggugah minat dengar orang, maka kesuksesan pembicaraan sudah 50 % ada ditangan si pembicara. Sebaliknya, bila pembukaannya saja sudah membosankan, maka kegagalan penyampaian pesan dapat dikatakan sudah 90%, karena yakinlah bahwa pembicara akan diabaikan atau tidak akan diperhatikan oleh pendengar.
Pada acara formal, misalnya pidato, isi “Pembukaan” biasanya terdiri dari salam kepada orang/pejabat atau tokoh setempat yang hadir, ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan, dan ulasan sekilas tentang masalah yang akan dibicarakan.
Bila kata pembukaan berhasil, perhatian pendengar secara halus dapat ditarik ke inti permasalahan. Pembukaan pada setiap kesempatan pembicaraan sangat berbeda, tergantung pada misi, sifat, lawan bicara, dan suasana pembicaraan.
1) Misi Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh misi pembicaraan. Yang dimaksudkan dengan misi pembicaraan di sini adalah tujuan pertemuan atau pembicaraan dan tugas yang dibebankan kepada si pembicara untuk disampaikan kepada hadirin
2) Sifat Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh sifat pembicaraan, apakah serius, resmi, atau tidak sama sekali. Pembukaan di depan forum resmi, misalnya pertemuan atau rapat komite sekolah yang dihadiri oleh pejabat sekolah bersangkutan dan para wali murid, sifatnya formal. Dalam hal ini, pembukaan harus benar-benar mencerminkan keseriusan dari acaranya. “Pembukaan” pembicaraan atau pidato dapat disisipi “penyegaran” dengan sedikit humor, dan bisa dilakukan dengan santai tapi dengan tidak menghilangkan keseriusan acara.
3) Lawan Bicara
Lawan bicara atau pendengar bisa dikategorikan dalam dua bagian, yaitu kelompok atau perseorangan. Pembicaraan dengan perseorangan (seseorang), pembukaannya biasanya lebih diwarnai dengan gaya yang sifatnya kekeluargaan, apalagi kalau keduanya sudah akrab. Namun apabila pembicara dengan lawan bicara belum akrab benar maka pembukaan disampaikan seperlunya hingga dirasa suasana sudah “hangat”, kemudian kita dapat masuk ke masalah inti yang akan disampaikan.
Disamping itu, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: usia, status sosial, bahasa dari lawan bicara, karena ini berkaitan dengan adat kesopanan yang juga akan sangat menentukan minat dengar dari lawan bicara.
4) Suasana
Baik isi maupun pola tutur bahasa bahkan nada bicara yang digunakan adalah sangat erat hubungannya dengan suasana yang berlangsung atau yang dihadapi oleh pembicara. Karenanya pembicara harus memahami betul suasana yang dihadapinya untuk memulai atau membuka suatu pembicaraan, apakah gembira, sedih, santai atau suasana yang lainnya.
b. Isi/Inti Pembicaraan
Dalam acara-acara tertentu, misalnya diskusi, seminar, sarasehan, biasanya penyampaian inti permasalahan tidaklah perlu terlalu mendetail, melainkan hanya pada butir-butir pokoknya sajalah yang disampaikan. Penyampaian yang mendetail biasanya disampaikan dalam forum tanya jawab.
Isi pembicaraan harus dapat disampaikan secara lengkap dengan sistematis dan tidak berkepanjangan atau bertele-tele. Pembicara harus konsisten dengan inti permasalahan. Pembicaraan tidak boleh merambat ke hal-hal di luar permasalahan yang dibicarakan, terkecuali jika hal itu diambil sekedar sebagai referensi atau sebagai loncatan berfikir (itupun harus dibatasi dan dijaga jangan sampai berkembang lebih jauh). Untuk lebih memfokuskan perhatian pendengar dapat dibantu dengan presentasi yang menggunakan alat audio, visual atau audio visual.
Sesekali sisipkan anekdot atau guyonan penyegar suasana. Dan selanjutnya libatkan hadirin dalam permasalahan yang disampaikan, misalnya dengan melontarkan pertanyaan yang berhubungan dengan inti permasalahan. Cara seperti ini hampir selalu dapat mengikat perhatian pendengar sepanjang pembicaraan.
c. Penutup
Pada akhir pembicaraan hendaknya diusahakan adanya kata-kata penutup yang dibuat sesingkat mungkin, paling lama tiga sampai lima menit. Dalam penutup dapat disampaikan kesimpulan atau rangkuman penting sebagai hasil pembicaraan itu.
Keterampilan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur yang penting terhadap keberhasilan seseorang dalam semua bidang kehidupan. Sebab berbicara dan berpikir mempunyai hubungan yang erat, keduanya harus berada dalam keserasian.
Untuk mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang, pada prinsipnya dapat dilihat dari lima faktor yaitu:
1) Bunyi vokal dan konsonan diucapkan dengan tepat.
2) Pola intonasi, naik turunnya suara serta tekanan suara kata diucapkan dengan tepat.
3) Ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakannya.
4) Kata-kata yang diucapkan dalam bentuk dan urutan yang tepat
5) Sejauh mana “kewajaran” atau “kelancaran” ataupun “ke-native-speaker-an” yang tercermin dari seseorang berbicara (Brooks, 1964:252).

1. Pidato
Komunikasi lisan khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu (serta merta), menghafal, metode naskah, dan ekstemporan. Selain itu, ketika menyusun pidato perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Pengumpulan bahan.
b. Garis besar pidato.
c. Uraian secara detail.
Pidato yang baik memerlukan latihan, dengan kata lain latihan pidato mutlak harus dilaksanakan terutama untuk mimik, nada bicara, intonasi, dan waktu. Hal ini untuk memperoleh hasil yang baik. Biasanya pidato bertujuan untuk mendorong, meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan.
Sebelum melakukan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis sebagai berikut:
a) Jumlah pendengar
b) Tujuan mereka berkumpul
c) Adat kebiasaan mereka
d) Acara lain
e) Tempat berpidato
f) Usia pendengar
g) Tingkat pendidikan pendengar
h) Keterikatan hubungan batin dengan pendengar
i) Bahasa yang biasa digunakan
Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, selain itu penyajian pesan dengan jelas akan mempermudah pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun.
Organisasi pesan dapat mengikuti 6 macam urutan, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Selain itu pula, setiap pidato hendaknya membuat garis besar. Ciri-ciri garis besar yang baik dalam menyusun dan membawakan suatu pidato, yaitu:
1. Garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi, dan penutup
2. Lambang-lambang yang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak membingungkan
3. Penulisan pokok pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas harus dibedakan
Dalam kaitan dengan nilai komunikasi maka pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik. Kata-kata harus jelas dalam arti kata-kata yang dipilih tidak boleh mengandung makna ganda sehingga pendengar merasa bingung dalam menafsirkan pembicaraan. Oleh karena itu, susunan kata-kata harus dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan secara cermat.
Untuk mencapai kejelasan dalam memilih kata-kata tersebut, haruslah diperhatikan hal-hal berikut:
1. Gunakanlah kata-kata yang spesifik, maksudnya janganlah menggunakan kata-kata yang terlalu umum artinya sehingga mengundang bermacam-macam penafsiran.
2. Gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah dipahami dengan cepat.
3. Hindarilah istilah-istilah teknis, maksudnya janganlah menggunakan istilah-istilah yang sekiranya tidak dapat dipahami pendengar pada umumnya.
4. Berhematlah dalam menggunakan kata-kata, maksudnya membiasakan berbicara dengan menggunakan kalimat efektif.
5. Gunakan perulangan atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan terhadap gagasan utama untuk memperjelas kambali.
Hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato, yaitu cara membuka dan menutup pidato. Pedoman untuk membuka pidato yang baik yaitu dengan cara sebagai berikut :
a) Langsung menyebutkan pokok permasalahan,
b) Melukiskan latar belakang masalah.
c) Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
d) Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
e) Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato.
f) Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak.
g) Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu.
h) Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar.
i) Memberikan pujian kepada khalayak atas prestasi mereka.
j) Memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan.
k) Mengajukan pertanyaan provokatif.
l) Menyatakan kutipan.
m) Menceritakan pengalaman pribadi.
n) Mengisahkan cerita faktual, fiktif atau situasi hipotesis.
o) Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya.
p) Membuat humor.
Dalam membuka pidato, kita tinggal memilih satu diantara cara-cara tersebut sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia, topik, tujuan, situasi. Adapun cara menutup pidato adalah sebagai berikut:
a) Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan.
b) Menyatakan kemnali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda.
c) Mendorong khalayak untuk bertindak.
d) Mengakhiri dengan klimaks.
e) Menyatakan kutipan alquran, sajak, peribahasa atau ucapan para ahli.
f) Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicara.
g) Menerangkan maksud yang sebenarnya pribadi pembicara.
h) Menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup pidato tersebut bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas.

2. Dialog
Dialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah. Dialog dapat dilakukan di berbagai tempat. Tempat-tempat yang biasa terjadi interaksi dialog, misalnya di rumah, di pasar, di jalan raya, di kantor, di sekolah, di rumah sakit, dan di tempat-tempat umum lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika berdialog adalah:
1. Bagaimana menarik perhatian
2. Bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan
3. Bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari kejelasan
4. Bagaimana mengakhiri suatu percakapan
Bahasa dalam dialog biasanya pendek-pendek. Namun demikian pembicaraan dapat mudah dipahami apabila disertai mimik yang mendukung. Ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan sejenisnya termasuk paralinguistik yang amat penting dalam dialog.

3. Bercerita
Manfaat bercerita diantaranya, yaitu
a. Memberikan hiburan,
b. Mengajarkan kebenaran,dan
c. Memberikan keteladanan
Untuk mahir bercerita diperlukan persiapan dan latihan. Persyaratan yang perlu diperhatikan di antaranya :
a. Penguasaan dan penghayatan cerita,
b. Penyelarasan dengan situasi dan kondisi,
c. Pemilihan dan penyusunan kalimat,
d. Pengekspresian yang alami, dan
e. Keberanian

4. Diskusi
Nio (dalam Haryadi, 1981:18, dikutip dari mulyati, 2008) menjelaskan bahwa diskusi ialah proses pelibatan dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah.
Brilhart (Mulyati, 2008) menjelaskan bahwa diskusu yaitu bentuk tukar pikiran secara teratur dan tererah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk mengambik keputusan bersama dalam mengatasi masalah.
Dari kedua batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah :
1. Parsitipasi lebih dari satu orang,
2. Dilaksakan dengan bertatap muka,
3. Menggunakan bahasa lisan,
4. Bertujuan untuk mendapatkan kesempatan bersama,
5. Dilakukan dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab.




BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berbicara merupakan suatu keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan gagasan.
Berbicara bertujuan untuk berkomunikasi, selain itu berbicara juga bertujuan untuk member dorongan, stimulasi, meyakinkan, bertindak, menginformasikan, dan menghibur.
Macam berbicara sangat beragam, tergantung dasar apa yang digunakan untuk membedakannya. Berbicara dapat dibedakan menjadi: persuasif (mendorong, meyakinkan, bertindak), instruktif (memberitahukan), dan rekreatif (menyenangkan). Sedangkan pendapat lain dibedakan menurut situasi, tujuan, metode, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus.
Metode berbicara yaitu: impromptu, menghafal naskah, dan ekstemporan. Dalam berbicara diperlukan persiapan antara lain: meneliti masalah, menyusun uraian, dan mengadakan latihan berbicara.
Seseorang dapat berbicara ideal jika dapat: memilih topik dengan tepat, menguasai materi dengan baik, mengetahui situasi, memahami latar belakang pendengar, tujuannya jelas, memanfaatkan alat bantu, penampilannya, terencana dan kontak dengan pendengar.
Keterampilan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur yang penting terhadap keberhasilan seseorang dalam semua bidang kehidupan. Sebab berbicara dan berpikir mempunyai hubungan yang erat, keduanya harus berada dalam keserasian. Beberapa keterampilan dalam berbicara efektif yaitu: pidato, dialog, diskusi, musyawarah, bercerita.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Rukayah. 1996. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Surakarta.

Mulyati Yeti, dkk. 2008. Ketrampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

http://www.makalahdanskripsi.blogspot.com/

http://www.id.shvoong.com/

berbicara bahasa indonesia

bahasa Indonesia "berbicara"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai insan yang normal, setiap manusia ingin berkomunikasi dengan manusia yang lainnya. Dengan demikian tidak terlepas dalam aktifitas menyimak dan berbicara. Terutama dalam pemanfaatan bahasa lisan. Namun dalam kenyataannya pembelajaran bahasa pada kurikulum yang telah lalu berbicara belum mendapat perhatian yang memadai karena masih dipadukan atau diselipkan diantara pokok-pokok bahasan yang lain, seperti pragmatik, kosakata, struktur, apresiasi sartra.
Berbicara sebagai salah satu bagian ketrampilan berbahasa mendapat perhatian khusus. Ketrampilan berbicara diajarkan dan dikembangkan sejajar dengan keterampilan-katerampilan yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis. Bahkan dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara terpadu. Untuk itu masalah keterampilan berbicara perlu dipahami dan dibicarakan lebih jauh.
Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.Mari perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut. Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud konsep dasar berbicara?
b. Bagaimana pengertian berbicara?
c. Bagaimana tujuan dalam berbicara?
d. Apa saja jenis berbicara?
e. Bagaimana metode dan perencanaan yang diperlukan dalam berbicara?
f. Bagaimana berbicara yang ideal?
g. Apakah keterampilan yang diperlukan dalam berbicara efektif?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui konsep dasar berbicara.
b. Mengetahui dan memahami pengertian berbicara.
c. Mengetahui tujuan dalam berbicara.
d. Mengetahui apa saja yang termasuk jenis berbicara.
e. Mengetahui dan menerapkan metode dan perencanaan dalam berbicara.
f. Mengetahui dan memahami berbicara yang ideal.
g. Memahami menghayati keterampilan dalam berbicara efektif.



BAB II
KETERAMPILAN BERBICARA

A. KONSEP DASAR BERBICARA
Di dalam berinteraksi atau komunikasi yang menggunakan bahasa dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu secara tertulis dan secara lisan. Untuk dapat berkomunikasi lisan secara efektif diperlukan keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan kebudayaan, sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup sembilan hal, yaitu:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal.
Dalam berkomunikasi lisan pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang resiprokal, berganti peran secara spontan, dan lancar dari pembicara menjadi penyimak dan sebaliknya.
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.
Berbicara dimanfaatkan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungan. Dalam kaitannya dengan fungsi bahasa, berbicara digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan, mengadaptasi, mempelajari dan mengontrol lingkungan.
3. Berbicara adalah tingkah laku.
Melalui berbicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya.
4. Berbicara adalah ekspresi kreatif.
Perkembangan persepsi dan kepekaan terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi seseorang untuk mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual.
5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semain banyak berlatih semakin banyak dikuasai dam terampil dalam berbicara.
6. Berbicara dipengaruhi oleh pengalaman.
Berbicara adalah ekspresi diri. Bila si pembicara memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan dapat menguraikan pengetahuan dan pengalamannya tersebut.
7. Berbicara sarana memperluas cakrawala.
Berbicara dapat juga digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.
8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat.
Dengan memberi kesempatan berbicara akan memberi kesempatan perkembangan linguistik, sehingga mudah belajar berbicara/berbahasa.
9. Berbicara adalah pencaran pribadi.
Gambaran pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara, antara lain : gerak-gerik, tingkah laku, kecenderungan, kesukaan, dan cara berbicaranya. (Logan dkk. 1972: 104-105)

B. PENGERTIAN
Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat. Pesan yang diterima pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam umur lain, yakni bunyi bahasa. Bunyi bahasa yang didengar pendengar tersebut kemudian diubah menjadi bentuk semula yaitu pesan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.(HG Tarigan, 1981:15).
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar(audibel) dan yang kelihatan (visibel) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu aktivitas manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikologis, neurologis semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Berbicara lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Dalam pengertian lain berbicara merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk menyatakan din sebagai anggota masyarakat. Berbicara adalah ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
Berbicara adalah aktivitas untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai kebutuhan pendengar atau penyimak.

C. TUJUAN
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, setogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dibicarakan ; pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya; dan pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik acara umum maupun perorangan.
Gorys Keraf (1977: 189) menyatakan bahwa tujuan berbicara sebagai berikut:
1) Memberikan dorongan (menstimulasi) artinya pembicara berusaha member semangat, membangkitkan gairah, serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.
2) Meyakinkan artinya pembicara ingin mempengaruhi keyakinan atau sikap mental, intelektual kepada para pendengarnya.
3) Bertindak atau berbuat (menggerakkan) artinya pembicara menghendaki adanya tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitkannya emosi/kemauan.
4) Memberitahukan (menginformasikan) artinya pembicara berusaha menyampaikan sesuatu kepada pendengar dengan harapan agar mengerti tentang sesuatu hal/masalah.
5) Menyenangkan (menghibur) artinya pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para pendengar agar terlepas dari kerutinan yang menimpa/dialami oleh para pendengar.

D. JENIS BERBICARA
Gorys Keraf membedakan jenis berbicara ke dalam tiga macam yaitu: 1.) persuasive (mendorong, meyakinkan, dan bertindak). 2.) intruktif (memberitahukan). 3.) Rekreatif (menyenangkan) (1977:189). Djago Tarigan (1990:176) membedakan macam berbicara berdasarkan pada: situasi, tujuan, metode, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus. Menurutnya macam berbicara menjadi beragam sekali tergantung dasar apa yang digunakan untuk membedakannya.
Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, dan lingkungan formal atau informal. Dalam situasi formal, pembicara dapat dituntut berbicara secara formal pula, misalnya dalam ceramah, perencanaan, dan penilaian. Sebaliknya dalam situasi nonformal seperti banyak dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari, pembicara dituntut santai atau tidak formal pula, misalnya dalam tukar menukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelpon, dan member petunjuk.
Seperti telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya, tujuan orang berbicara, ialah ada bermacam-macam. Dalam hal ini pembicara mengharapkan reaksi atau respon dari para pendengar termasuk daripada pendengar. Termasuk ke dalam jenis ini adalah: menginformasikan, menghibur, menstimulasi, meyakinkan, dan mengarahkan.
Ditilik dari metode yang digunakan oleh pembicara, dapat dibedakan menjadi: penyampaian secara mendadak, penyampaian berdasarkan catatan kecil, penyampaian berdasarkan hafalan, dan penyampaian berdasarkan naskah.
Dengan memperhatikan jumlah penyimak yang terlibat dalam suatu pembicaraan, berbicara dapat dibedakan menjadi: antar pribadi, kelompok kecil, dan kelompok besar.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, sering terdapat berbagai kegiatan. Diantara kegiatan tersebut ada yang tergolong kegiatan/peristiwa khusus/spesifik, dan istimewa. Sehubungan dengan kenyataan tersebut, berbicara dapat dibadakan menjadi pidato, presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan (mekan malam), perkenalan, dan pidato nominasi (mengunggulkan).

E. METODE DAN PERENCANAAN BERBICARA
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar, ataupun waktu untuk persiapan sangat menentukan dalam memilih metode atau cara pembicaraan.
Metode penyajian lisan atau berbicara dapat dibedakan menjadi:
1) Metode Impromtu (serta-merta)
Metode ini menyampaikan bahan bicaranya didasarkan atas kebutuhan sesaat. Pembicara tidak berkesempatan untuk mempersiapkan bahan pembicaraan sama sekali. Oleh karena itu wajar bila pembicara berbicara atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya serta teringat di benaknya.
2) Metode Menghafal
Pembicaraan membawakan bahan bicara perencanaan yang cukup matang dan ditulis secara lengkap, kemudian dihafal kata demi kata,kalimat demi kalimat. Dengan metode ini pembicaraan menjadi kaku dan tidak menarik, karena pembicara cenderung menguras tenaga dan ingatan pada bahan yang telah ditulis, sehingga tidak ada usaha menarik perhatian pendengar.
3) Metode Naskah
Penggunaan metode ini dapat kita jumpai pada pidato-pidato resmi, pidato radio dan televisi. Metode ini agak kaku sifatnya, karena pembicara selalu mengarahkan pandangan pada naskah yang dihadapinya. Pembicara yang kurang berpengalaman akan mengalami kesulitan dalam memberikan tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraan dan menarik perhatian pendengar.
4) Metode Ekstemporan (Tanpa naskah)
Uraian yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan-catatan kecil yang penting. Dengan demikian dapat dimanfaatkan oleh pembicara untuk mengurutkan pembicaraannya.

F. PEMBICARA YANG IDEAL
Pengetahuan mengenai cirri pembicara yang ideal sangat bermanfaat bagi seorang pembicara, yaitu untuk mengetahui apakah mereka termasuk pembicara kurang baik atau sudah termasuk pembicara yang baik atau ideal. Berikut ini ciri-ciri pembicara ideal yang perlu diketahui, dipahami, dihayati dan diterapkan dalam berbicara, sebagai berikut :
1. Dapat memilih topik yang tepat
Pembicara yang baik dapat memilih topik atau materi yang menarik,aktual, dan menarik bagi pendengarnya. Pembicara mempertimbangkan minat, hasrat, dan kebutuhan pendengarnya. Bila pembicara menarik dan berkesan di hati pendengar secara otomatis akan efektif penyajian materinya.



2. Menguasai materi pembicaraan
Pembicara yang baik berusaha menguasai dan memahami materi yang akan dibicarakan. Pembicara berusaha menelaah berbagai sumber, acuan seperti majalah, artikel yang berkaitan dengan materi pembicaraannya.
3. Memahami latar belakang pendengar
Sebelum berbicara langsung,pembicara yang baik,berusaha mengumpulkan informasi tentang pendengarnya. Misalnya: jumlah, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan,minat, nilai yang dianut, serta kebiasaannya.
4. Mengetahui Situasi
Pembicara yang baik selalu berusaha memahami dan mengetahui situasi pembicaraan. Karena itu ia tak segan mengidentifikasi ruangan, waktu, peralatan dan suasana.
5. Tujuan yang Jelas
Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaraan dengan terang dan gamblang. Pembicara tahu kemana hendak menghibur, memberi informasi, meyakinkan, menstimulasi atau menggerakkan. Pembicara tahu dengan pasti apa yang diharapkan dari pendengar dan respon dari pendengarnya.
6. Kontak dengan Pendengar
Pembicara yang baik selalu mempertahankan pendengarnya. Ia berusahamemahami reaksi emosi dan perasaan pendengar, berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengar lewat perhatian. Pendengar yang merasa diperhatikan oleh pembicara akan memberikan sikap yang positif.
7. Kemampuan Linguistik dan Non Linguistik Tinggi
Pembicara yang baik akan berusaha memilih, menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk menyampaikan jalan pikirannya.
8. Menguasai Pendengar
Pandai menarik perhatian pendengar merupakan hal yang positif bagi pembicara dengan gaya yang menarik,pembicara dapat mengarahkan dan memusatkan perhatian pendengar kepada pembicaraan.

9. Memanfaatkan Alat Bantu
Dalam menjelaskan materi, pembicara yang baik memanfaatkan alat bantu untuk memudahkan pendengar memahami apa yang disampaikan. Alat bantu dapat berupa skema, diagram, statistik, gambar,dan sebagainya.
10. Penampilan Meyakinkan
Pembicara yang baik selalu tampil meyakinkan pendengarnya. Tingkah laku, gaya berbicara, bahasa, cara berpakaian, dan kepribadian sederhana tetapi berwibawa sehingga tampak anggun dan meyakinkan.
11. Terencana
Sesuatu yang direncana hasilnya akan lebih baik daripada yang tidak terencana. Oleh karena itu pembicara yang baik telah merencanakan pembicaraan sejak dari: memilih topik, menganalisis pendengar dan situasi menyusun kerangka, menguji coba, dan meyakinkan.

G. KETERAMPILAN BERBICARA EFEKTIF
Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya. Hal itu dapat terjadi jika pembicaraannya sistematis, benar, tepat dan tidak berbelit-belit dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Pada dasarnya berbicara efektif pada kesempatan apapun terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu pembukaan, isi atau inti permasalahan, dan penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah bagian awal dari setiap pembicaraan. Bila pembukaan sudah berhasil menggugah minat dengar orang, maka kesuksesan pembicaraan sudah 50 % ada ditangan si pembicara. Sebaliknya, bila pembukaannya saja sudah membosankan, maka kegagalan penyampaian pesan dapat dikatakan sudah 90%, karena yakinlah bahwa pembicara akan diabaikan atau tidak akan diperhatikan oleh pendengar.
Pada acara formal, misalnya pidato, isi “Pembukaan” biasanya terdiri dari salam kepada orang/pejabat atau tokoh setempat yang hadir, ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan, dan ulasan sekilas tentang masalah yang akan dibicarakan.
Bila kata pembukaan berhasil, perhatian pendengar secara halus dapat ditarik ke inti permasalahan. Pembukaan pada setiap kesempatan pembicaraan sangat berbeda, tergantung pada misi, sifat, lawan bicara, dan suasana pembicaraan.
1) Misi Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh misi pembicaraan. Yang dimaksudkan dengan misi pembicaraan di sini adalah tujuan pertemuan atau pembicaraan dan tugas yang dibebankan kepada si pembicara untuk disampaikan kepada hadirin
2) Sifat Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh sifat pembicaraan, apakah serius, resmi, atau tidak sama sekali. Pembukaan di depan forum resmi, misalnya pertemuan atau rapat komite sekolah yang dihadiri oleh pejabat sekolah bersangkutan dan para wali murid, sifatnya formal. Dalam hal ini, pembukaan harus benar-benar mencerminkan keseriusan dari acaranya. “Pembukaan” pembicaraan atau pidato dapat disisipi “penyegaran” dengan sedikit humor, dan bisa dilakukan dengan santai tapi dengan tidak menghilangkan keseriusan acara.
3) Lawan Bicara
Lawan bicara atau pendengar bisa dikategorikan dalam dua bagian, yaitu kelompok atau perseorangan. Pembicaraan dengan perseorangan (seseorang), pembukaannya biasanya lebih diwarnai dengan gaya yang sifatnya kekeluargaan, apalagi kalau keduanya sudah akrab. Namun apabila pembicara dengan lawan bicara belum akrab benar maka pembukaan disampaikan seperlunya hingga dirasa suasana sudah “hangat”, kemudian kita dapat masuk ke masalah inti yang akan disampaikan.
Disamping itu, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: usia, status sosial, bahasa dari lawan bicara, karena ini berkaitan dengan adat kesopanan yang juga akan sangat menentukan minat dengar dari lawan bicara.
4) Suasana
Baik isi maupun pola tutur bahasa bahkan nada bicara yang digunakan adalah sangat erat hubungannya dengan suasana yang berlangsung atau yang dihadapi oleh pembicara. Karenanya pembicara harus memahami betul suasana yang dihadapinya untuk memulai atau membuka suatu pembicaraan, apakah gembira, sedih, santai atau suasana yang lainnya.
b. Isi/Inti Pembicaraan
Dalam acara-acara tertentu, misalnya diskusi, seminar, sarasehan, biasanya penyampaian inti permasalahan tidaklah perlu terlalu mendetail, melainkan hanya pada butir-butir pokoknya sajalah yang disampaikan. Penyampaian yang mendetail biasanya disampaikan dalam forum tanya jawab.
Isi pembicaraan harus dapat disampaikan secara lengkap dengan sistematis dan tidak berkepanjangan atau bertele-tele. Pembicara harus konsisten dengan inti permasalahan. Pembicaraan tidak boleh merambat ke hal-hal di luar permasalahan yang dibicarakan, terkecuali jika hal itu diambil sekedar sebagai referensi atau sebagai loncatan berfikir (itupun harus dibatasi dan dijaga jangan sampai berkembang lebih jauh). Untuk lebih memfokuskan perhatian pendengar dapat dibantu dengan presentasi yang menggunakan alat audio, visual atau audio visual.
Sesekali sisipkan anekdot atau guyonan penyegar suasana. Dan selanjutnya libatkan hadirin dalam permasalahan yang disampaikan, misalnya dengan melontarkan pertanyaan yang berhubungan dengan inti permasalahan. Cara seperti ini hampir selalu dapat mengikat perhatian pendengar sepanjang pembicaraan.
c. Penutup
Pada akhir pembicaraan hendaknya diusahakan adanya kata-kata penutup yang dibuat sesingkat mungkin, paling lama tiga sampai lima menit. Dalam penutup dapat disampaikan kesimpulan atau rangkuman penting sebagai hasil pembicaraan itu.
Keterampilan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur yang penting terhadap keberhasilan seseorang dalam semua bidang kehidupan. Sebab berbicara dan berpikir mempunyai hubungan yang erat, keduanya harus berada dalam keserasian.
Untuk mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang, pada prinsipnya dapat dilihat dari lima faktor yaitu:
1) Bunyi vokal dan konsonan diucapkan dengan tepat.
2) Pola intonasi, naik turunnya suara serta tekanan suara kata diucapkan dengan tepat.
3) Ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakannya.
4) Kata-kata yang diucapkan dalam bentuk dan urutan yang tepat
5) Sejauh mana “kewajaran” atau “kelancaran” ataupun “ke-native-speaker-an” yang tercermin dari seseorang berbicara (Brooks, 1964:252).

1. Pidato
Komunikasi lisan khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu (serta merta), menghafal, metode naskah, dan ekstemporan. Selain itu, ketika menyusun pidato perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Pengumpulan bahan.
b. Garis besar pidato.
c. Uraian secara detail.
Pidato yang baik memerlukan latihan, dengan kata lain latihan pidato mutlak harus dilaksanakan terutama untuk mimik, nada bicara, intonasi, dan waktu. Hal ini untuk memperoleh hasil yang baik. Biasanya pidato bertujuan untuk mendorong, meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan.
Sebelum melakukan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis sebagai berikut:
a) Jumlah pendengar
b) Tujuan mereka berkumpul
c) Adat kebiasaan mereka
d) Acara lain
e) Tempat berpidato
f) Usia pendengar
g) Tingkat pendidikan pendengar
h) Keterikatan hubungan batin dengan pendengar
i) Bahasa yang biasa digunakan
Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, selain itu penyajian pesan dengan jelas akan mempermudah pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun.
Organisasi pesan dapat mengikuti 6 macam urutan, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Selain itu pula, setiap pidato hendaknya membuat garis besar. Ciri-ciri garis besar yang baik dalam menyusun dan membawakan suatu pidato, yaitu:
1. Garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi, dan penutup
2. Lambang-lambang yang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak membingungkan
3. Penulisan pokok pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas harus dibedakan
Dalam kaitan dengan nilai komunikasi maka pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik. Kata-kata harus jelas dalam arti kata-kata yang dipilih tidak boleh mengandung makna ganda sehingga pendengar merasa bingung dalam menafsirkan pembicaraan. Oleh karena itu, susunan kata-kata harus dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan secara cermat.
Untuk mencapai kejelasan dalam memilih kata-kata tersebut, haruslah diperhatikan hal-hal berikut:
1. Gunakanlah kata-kata yang spesifik, maksudnya janganlah menggunakan kata-kata yang terlalu umum artinya sehingga mengundang bermacam-macam penafsiran.
2. Gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah dipahami dengan cepat.
3. Hindarilah istilah-istilah teknis, maksudnya janganlah menggunakan istilah-istilah yang sekiranya tidak dapat dipahami pendengar pada umumnya.
4. Berhematlah dalam menggunakan kata-kata, maksudnya membiasakan berbicara dengan menggunakan kalimat efektif.
5. Gunakan perulangan atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan terhadap gagasan utama untuk memperjelas kambali.
Hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato, yaitu cara membuka dan menutup pidato. Pedoman untuk membuka pidato yang baik yaitu dengan cara sebagai berikut :
a) Langsung menyebutkan pokok permasalahan,
b) Melukiskan latar belakang masalah.
c) Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
d) Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
e) Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato.
f) Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak.
g) Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu.
h) Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar.
i) Memberikan pujian kepada khalayak atas prestasi mereka.
j) Memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan.
k) Mengajukan pertanyaan provokatif.
l) Menyatakan kutipan.
m) Menceritakan pengalaman pribadi.
n) Mengisahkan cerita faktual, fiktif atau situasi hipotesis.
o) Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya.
p) Membuat humor.
Dalam membuka pidato, kita tinggal memilih satu diantara cara-cara tersebut sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia, topik, tujuan, situasi. Adapun cara menutup pidato adalah sebagai berikut:
a) Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan.
b) Menyatakan kemnali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda.
c) Mendorong khalayak untuk bertindak.
d) Mengakhiri dengan klimaks.
e) Menyatakan kutipan alquran, sajak, peribahasa atau ucapan para ahli.
f) Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicara.
g) Menerangkan maksud yang sebenarnya pribadi pembicara.
h) Menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup pidato tersebut bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas.

2. Dialog
Dialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah. Dialog dapat dilakukan di berbagai tempat. Tempat-tempat yang biasa terjadi interaksi dialog, misalnya di rumah, di pasar, di jalan raya, di kantor, di sekolah, di rumah sakit, dan di tempat-tempat umum lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika berdialog adalah:
1. Bagaimana menarik perhatian
2. Bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan
3. Bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari kejelasan
4. Bagaimana mengakhiri suatu percakapan
Bahasa dalam dialog biasanya pendek-pendek. Namun demikian pembicaraan dapat mudah dipahami apabila disertai mimik yang mendukung. Ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan sejenisnya termasuk paralinguistik yang amat penting dalam dialog.

3. Bercerita
Manfaat bercerita diantaranya, yaitu
a. Memberikan hiburan,
b. Mengajarkan kebenaran,dan
c. Memberikan keteladanan
Untuk mahir bercerita diperlukan persiapan dan latihan. Persyaratan yang perlu diperhatikan di antaranya :
a. Penguasaan dan penghayatan cerita,
b. Penyelarasan dengan situasi dan kondisi,
c. Pemilihan dan penyusunan kalimat,
d. Pengekspresian yang alami, dan
e. Keberanian

4. Diskusi
Nio (dalam Haryadi, 1981:18, dikutip dari mulyati, 2008) menjelaskan bahwa diskusi ialah proses pelibatan dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah.
Brilhart (Mulyati, 2008) menjelaskan bahwa diskusu yaitu bentuk tukar pikiran secara teratur dan tererah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk mengambik keputusan bersama dalam mengatasi masalah.
Dari kedua batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah :
1. Parsitipasi lebih dari satu orang,
2. Dilaksakan dengan bertatap muka,
3. Menggunakan bahasa lisan,
4. Bertujuan untuk mendapatkan kesempatan bersama,
5. Dilakukan dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab.




BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berbicara merupakan suatu keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan gagasan.
Berbicara bertujuan untuk berkomunikasi, selain itu berbicara juga bertujuan untuk member dorongan, stimulasi, meyakinkan, bertindak, menginformasikan, dan menghibur.
Macam berbicara sangat beragam, tergantung dasar apa yang digunakan untuk membedakannya. Berbicara dapat dibedakan menjadi: persuasif (mendorong, meyakinkan, bertindak), instruktif (memberitahukan), dan rekreatif (menyenangkan). Sedangkan pendapat lain dibedakan menurut situasi, tujuan, metode, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus.
Metode berbicara yaitu: impromptu, menghafal naskah, dan ekstemporan. Dalam berbicara diperlukan persiapan antara lain: meneliti masalah, menyusun uraian, dan mengadakan latihan berbicara.
Seseorang dapat berbicara ideal jika dapat: memilih topik dengan tepat, menguasai materi dengan baik, mengetahui situasi, memahami latar belakang pendengar, tujuannya jelas, memanfaatkan alat bantu, penampilannya, terencana dan kontak dengan pendengar.
Keterampilan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur yang penting terhadap keberhasilan seseorang dalam semua bidang kehidupan. Sebab berbicara dan berpikir mempunyai hubungan yang erat, keduanya harus berada dalam keserasian. Beberapa keterampilan dalam berbicara efektif yaitu: pidato, dialog, diskusi, musyawarah, bercerita.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Rukayah. 1996. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Surakarta.

Mulyati Yeti, dkk. 2008. Ketrampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

http://www.makalahdanskripsi.blogspot.com/

http://www.id.shvoong.com/

berbicara bahasa indonesia

bahasa Indonesia "berbicara"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai insan yang normal, setiap manusia ingin berkomunikasi dengan manusia yang lainnya. Dengan demikian tidak terlepas dalam aktifitas menyimak dan berbicara. Terutama dalam pemanfaatan bahasa lisan. Namun dalam kenyataannya pembelajaran bahasa pada kurikulum yang telah lalu berbicara belum mendapat perhatian yang memadai karena masih dipadukan atau diselipkan diantara pokok-pokok bahasan yang lain, seperti pragmatik, kosakata, struktur, apresiasi sartra.
Berbicara sebagai salah satu bagian ketrampilan berbahasa mendapat perhatian khusus. Ketrampilan berbicara diajarkan dan dikembangkan sejajar dengan keterampilan-katerampilan yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis. Bahkan dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara terpadu. Untuk itu masalah keterampilan berbicara perlu dipahami dan dibicarakan lebih jauh.
Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.Mari perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut. Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud konsep dasar berbicara?
b. Bagaimana pengertian berbicara?
c. Bagaimana tujuan dalam berbicara?
d. Apa saja jenis berbicara?
e. Bagaimana metode dan perencanaan yang diperlukan dalam berbicara?
f. Bagaimana berbicara yang ideal?
g. Apakah keterampilan yang diperlukan dalam berbicara efektif?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui konsep dasar berbicara.
b. Mengetahui dan memahami pengertian berbicara.
c. Mengetahui tujuan dalam berbicara.
d. Mengetahui apa saja yang termasuk jenis berbicara.
e. Mengetahui dan menerapkan metode dan perencanaan dalam berbicara.
f. Mengetahui dan memahami berbicara yang ideal.
g. Memahami menghayati keterampilan dalam berbicara efektif.



BAB II
KETERAMPILAN BERBICARA

A. KONSEP DASAR BERBICARA
Di dalam berinteraksi atau komunikasi yang menggunakan bahasa dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu secara tertulis dan secara lisan. Untuk dapat berkomunikasi lisan secara efektif diperlukan keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan kebudayaan, sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup sembilan hal, yaitu:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal.
Dalam berkomunikasi lisan pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang resiprokal, berganti peran secara spontan, dan lancar dari pembicara menjadi penyimak dan sebaliknya.
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.
Berbicara dimanfaatkan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungan. Dalam kaitannya dengan fungsi bahasa, berbicara digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan, mengadaptasi, mempelajari dan mengontrol lingkungan.
3. Berbicara adalah tingkah laku.
Melalui berbicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya.
4. Berbicara adalah ekspresi kreatif.
Perkembangan persepsi dan kepekaan terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi seseorang untuk mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual.
5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semain banyak berlatih semakin banyak dikuasai dam terampil dalam berbicara.
6. Berbicara dipengaruhi oleh pengalaman.
Berbicara adalah ekspresi diri. Bila si pembicara memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan dapat menguraikan pengetahuan dan pengalamannya tersebut.
7. Berbicara sarana memperluas cakrawala.
Berbicara dapat juga digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.
8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat.
Dengan memberi kesempatan berbicara akan memberi kesempatan perkembangan linguistik, sehingga mudah belajar berbicara/berbahasa.
9. Berbicara adalah pencaran pribadi.
Gambaran pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara, antara lain : gerak-gerik, tingkah laku, kecenderungan, kesukaan, dan cara berbicaranya. (Logan dkk. 1972: 104-105)

B. PENGERTIAN
Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat. Pesan yang diterima pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam umur lain, yakni bunyi bahasa. Bunyi bahasa yang didengar pendengar tersebut kemudian diubah menjadi bentuk semula yaitu pesan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.(HG Tarigan, 1981:15).
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar(audibel) dan yang kelihatan (visibel) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu aktivitas manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikologis, neurologis semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Berbicara lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Dalam pengertian lain berbicara merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk menyatakan din sebagai anggota masyarakat. Berbicara adalah ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
Berbicara adalah aktivitas untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai kebutuhan pendengar atau penyimak.

C. TUJUAN
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, setogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dibicarakan ; pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya; dan pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik acara umum maupun perorangan.
Gorys Keraf (1977: 189) menyatakan bahwa tujuan berbicara sebagai berikut:
1) Memberikan dorongan (menstimulasi) artinya pembicara berusaha member semangat, membangkitkan gairah, serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.
2) Meyakinkan artinya pembicara ingin mempengaruhi keyakinan atau sikap mental, intelektual kepada para pendengarnya.
3) Bertindak atau berbuat (menggerakkan) artinya pembicara menghendaki adanya tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitkannya emosi/kemauan.
4) Memberitahukan (menginformasikan) artinya pembicara berusaha menyampaikan sesuatu kepada pendengar dengan harapan agar mengerti tentang sesuatu hal/masalah.
5) Menyenangkan (menghibur) artinya pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para pendengar agar terlepas dari kerutinan yang menimpa/dialami oleh para pendengar.

D. JENIS BERBICARA
Gorys Keraf membedakan jenis berbicara ke dalam tiga macam yaitu: 1.) persuasive (mendorong, meyakinkan, dan bertindak). 2.) intruktif (memberitahukan). 3.) Rekreatif (menyenangkan) (1977:189). Djago Tarigan (1990:176) membedakan macam berbicara berdasarkan pada: situasi, tujuan, metode, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus. Menurutnya macam berbicara menjadi beragam sekali tergantung dasar apa yang digunakan untuk membedakannya.
Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, dan lingkungan formal atau informal. Dalam situasi formal, pembicara dapat dituntut berbicara secara formal pula, misalnya dalam ceramah, perencanaan, dan penilaian. Sebaliknya dalam situasi nonformal seperti banyak dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari, pembicara dituntut santai atau tidak formal pula, misalnya dalam tukar menukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelpon, dan member petunjuk.
Seperti telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya, tujuan orang berbicara, ialah ada bermacam-macam. Dalam hal ini pembicara mengharapkan reaksi atau respon dari para pendengar termasuk daripada pendengar. Termasuk ke dalam jenis ini adalah: menginformasikan, menghibur, menstimulasi, meyakinkan, dan mengarahkan.
Ditilik dari metode yang digunakan oleh pembicara, dapat dibedakan menjadi: penyampaian secara mendadak, penyampaian berdasarkan catatan kecil, penyampaian berdasarkan hafalan, dan penyampaian berdasarkan naskah.
Dengan memperhatikan jumlah penyimak yang terlibat dalam suatu pembicaraan, berbicara dapat dibedakan menjadi: antar pribadi, kelompok kecil, dan kelompok besar.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, sering terdapat berbagai kegiatan. Diantara kegiatan tersebut ada yang tergolong kegiatan/peristiwa khusus/spesifik, dan istimewa. Sehubungan dengan kenyataan tersebut, berbicara dapat dibadakan menjadi pidato, presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan (mekan malam), perkenalan, dan pidato nominasi (mengunggulkan).

E. METODE DAN PERENCANAAN BERBICARA
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar, ataupun waktu untuk persiapan sangat menentukan dalam memilih metode atau cara pembicaraan.
Metode penyajian lisan atau berbicara dapat dibedakan menjadi:
1) Metode Impromtu (serta-merta)
Metode ini menyampaikan bahan bicaranya didasarkan atas kebutuhan sesaat. Pembicara tidak berkesempatan untuk mempersiapkan bahan pembicaraan sama sekali. Oleh karena itu wajar bila pembicara berbicara atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya serta teringat di benaknya.
2) Metode Menghafal
Pembicaraan membawakan bahan bicara perencanaan yang cukup matang dan ditulis secara lengkap, kemudian dihafal kata demi kata,kalimat demi kalimat. Dengan metode ini pembicaraan menjadi kaku dan tidak menarik, karena pembicara cenderung menguras tenaga dan ingatan pada bahan yang telah ditulis, sehingga tidak ada usaha menarik perhatian pendengar.
3) Metode Naskah
Penggunaan metode ini dapat kita jumpai pada pidato-pidato resmi, pidato radio dan televisi. Metode ini agak kaku sifatnya, karena pembicara selalu mengarahkan pandangan pada naskah yang dihadapinya. Pembicara yang kurang berpengalaman akan mengalami kesulitan dalam memberikan tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraan dan menarik perhatian pendengar.
4) Metode Ekstemporan (Tanpa naskah)
Uraian yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan-catatan kecil yang penting. Dengan demikian dapat dimanfaatkan oleh pembicara untuk mengurutkan pembicaraannya.

F. PEMBICARA YANG IDEAL
Pengetahuan mengenai cirri pembicara yang ideal sangat bermanfaat bagi seorang pembicara, yaitu untuk mengetahui apakah mereka termasuk pembicara kurang baik atau sudah termasuk pembicara yang baik atau ideal. Berikut ini ciri-ciri pembicara ideal yang perlu diketahui, dipahami, dihayati dan diterapkan dalam berbicara, sebagai berikut :
1. Dapat memilih topik yang tepat
Pembicara yang baik dapat memilih topik atau materi yang menarik,aktual, dan menarik bagi pendengarnya. Pembicara mempertimbangkan minat, hasrat, dan kebutuhan pendengarnya. Bila pembicara menarik dan berkesan di hati pendengar secara otomatis akan efektif penyajian materinya.



2. Menguasai materi pembicaraan
Pembicara yang baik berusaha menguasai dan memahami materi yang akan dibicarakan. Pembicara berusaha menelaah berbagai sumber, acuan seperti majalah, artikel yang berkaitan dengan materi pembicaraannya.
3. Memahami latar belakang pendengar
Sebelum berbicara langsung,pembicara yang baik,berusaha mengumpulkan informasi tentang pendengarnya. Misalnya: jumlah, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan,minat, nilai yang dianut, serta kebiasaannya.
4. Mengetahui Situasi
Pembicara yang baik selalu berusaha memahami dan mengetahui situasi pembicaraan. Karena itu ia tak segan mengidentifikasi ruangan, waktu, peralatan dan suasana.
5. Tujuan yang Jelas
Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaraan dengan terang dan gamblang. Pembicara tahu kemana hendak menghibur, memberi informasi, meyakinkan, menstimulasi atau menggerakkan. Pembicara tahu dengan pasti apa yang diharapkan dari pendengar dan respon dari pendengarnya.
6. Kontak dengan Pendengar
Pembicara yang baik selalu mempertahankan pendengarnya. Ia berusahamemahami reaksi emosi dan perasaan pendengar, berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengar lewat perhatian. Pendengar yang merasa diperhatikan oleh pembicara akan memberikan sikap yang positif.
7. Kemampuan Linguistik dan Non Linguistik Tinggi
Pembicara yang baik akan berusaha memilih, menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk menyampaikan jalan pikirannya.
8. Menguasai Pendengar
Pandai menarik perhatian pendengar merupakan hal yang positif bagi pembicara dengan gaya yang menarik,pembicara dapat mengarahkan dan memusatkan perhatian pendengar kepada pembicaraan.

9. Memanfaatkan Alat Bantu
Dalam menjelaskan materi, pembicara yang baik memanfaatkan alat bantu untuk memudahkan pendengar memahami apa yang disampaikan. Alat bantu dapat berupa skema, diagram, statistik, gambar,dan sebagainya.
10. Penampilan Meyakinkan
Pembicara yang baik selalu tampil meyakinkan pendengarnya. Tingkah laku, gaya berbicara, bahasa, cara berpakaian, dan kepribadian sederhana tetapi berwibawa sehingga tampak anggun dan meyakinkan.
11. Terencana
Sesuatu yang direncana hasilnya akan lebih baik daripada yang tidak terencana. Oleh karena itu pembicara yang baik telah merencanakan pembicaraan sejak dari: memilih topik, menganalisis pendengar dan situasi menyusun kerangka, menguji coba, dan meyakinkan.

G. KETERAMPILAN BERBICARA EFEKTIF
Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya. Hal itu dapat terjadi jika pembicaraannya sistematis, benar, tepat dan tidak berbelit-belit dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Pada dasarnya berbicara efektif pada kesempatan apapun terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu pembukaan, isi atau inti permasalahan, dan penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah bagian awal dari setiap pembicaraan. Bila pembukaan sudah berhasil menggugah minat dengar orang, maka kesuksesan pembicaraan sudah 50 % ada ditangan si pembicara. Sebaliknya, bila pembukaannya saja sudah membosankan, maka kegagalan penyampaian pesan dapat dikatakan sudah 90%, karena yakinlah bahwa pembicara akan diabaikan atau tidak akan diperhatikan oleh pendengar.
Pada acara formal, misalnya pidato, isi “Pembukaan” biasanya terdiri dari salam kepada orang/pejabat atau tokoh setempat yang hadir, ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan, dan ulasan sekilas tentang masalah yang akan dibicarakan.
Bila kata pembukaan berhasil, perhatian pendengar secara halus dapat ditarik ke inti permasalahan. Pembukaan pada setiap kesempatan pembicaraan sangat berbeda, tergantung pada misi, sifat, lawan bicara, dan suasana pembicaraan.
1) Misi Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh misi pembicaraan. Yang dimaksudkan dengan misi pembicaraan di sini adalah tujuan pertemuan atau pembicaraan dan tugas yang dibebankan kepada si pembicara untuk disampaikan kepada hadirin
2) Sifat Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh sifat pembicaraan, apakah serius, resmi, atau tidak sama sekali. Pembukaan di depan forum resmi, misalnya pertemuan atau rapat komite sekolah yang dihadiri oleh pejabat sekolah bersangkutan dan para wali murid, sifatnya formal. Dalam hal ini, pembukaan harus benar-benar mencerminkan keseriusan dari acaranya. “Pembukaan” pembicaraan atau pidato dapat disisipi “penyegaran” dengan sedikit humor, dan bisa dilakukan dengan santai tapi dengan tidak menghilangkan keseriusan acara.
3) Lawan Bicara
Lawan bicara atau pendengar bisa dikategorikan dalam dua bagian, yaitu kelompok atau perseorangan. Pembicaraan dengan perseorangan (seseorang), pembukaannya biasanya lebih diwarnai dengan gaya yang sifatnya kekeluargaan, apalagi kalau keduanya sudah akrab. Namun apabila pembicara dengan lawan bicara belum akrab benar maka pembukaan disampaikan seperlunya hingga dirasa suasana sudah “hangat”, kemudian kita dapat masuk ke masalah inti yang akan disampaikan.
Disamping itu, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: usia, status sosial, bahasa dari lawan bicara, karena ini berkaitan dengan adat kesopanan yang juga akan sangat menentukan minat dengar dari lawan bicara.
4) Suasana
Baik isi maupun pola tutur bahasa bahkan nada bicara yang digunakan adalah sangat erat hubungannya dengan suasana yang berlangsung atau yang dihadapi oleh pembicara. Karenanya pembicara harus memahami betul suasana yang dihadapinya untuk memulai atau membuka suatu pembicaraan, apakah gembira, sedih, santai atau suasana yang lainnya.
b. Isi/Inti Pembicaraan
Dalam acara-acara tertentu, misalnya diskusi, seminar, sarasehan, biasanya penyampaian inti permasalahan tidaklah perlu terlalu mendetail, melainkan hanya pada butir-butir pokoknya sajalah yang disampaikan. Penyampaian yang mendetail biasanya disampaikan dalam forum tanya jawab.
Isi pembicaraan harus dapat disampaikan secara lengkap dengan sistematis dan tidak berkepanjangan atau bertele-tele. Pembicara harus konsisten dengan inti permasalahan. Pembicaraan tidak boleh merambat ke hal-hal di luar permasalahan yang dibicarakan, terkecuali jika hal itu diambil sekedar sebagai referensi atau sebagai loncatan berfikir (itupun harus dibatasi dan dijaga jangan sampai berkembang lebih jauh). Untuk lebih memfokuskan perhatian pendengar dapat dibantu dengan presentasi yang menggunakan alat audio, visual atau audio visual.
Sesekali sisipkan anekdot atau guyonan penyegar suasana. Dan selanjutnya libatkan hadirin dalam permasalahan yang disampaikan, misalnya dengan melontarkan pertanyaan yang berhubungan dengan inti permasalahan. Cara seperti ini hampir selalu dapat mengikat perhatian pendengar sepanjang pembicaraan.
c. Penutup
Pada akhir pembicaraan hendaknya diusahakan adanya kata-kata penutup yang dibuat sesingkat mungkin, paling lama tiga sampai lima menit. Dalam penutup dapat disampaikan kesimpulan atau rangkuman penting sebagai hasil pembicaraan itu.
Keterampilan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur yang penting terhadap keberhasilan seseorang dalam semua bidang kehidupan. Sebab berbicara dan berpikir mempunyai hubungan yang erat, keduanya harus berada dalam keserasian.
Untuk mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang, pada prinsipnya dapat dilihat dari lima faktor yaitu:
1) Bunyi vokal dan konsonan diucapkan dengan tepat.
2) Pola intonasi, naik turunnya suara serta tekanan suara kata diucapkan dengan tepat.
3) Ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakannya.
4) Kata-kata yang diucapkan dalam bentuk dan urutan yang tepat
5) Sejauh mana “kewajaran” atau “kelancaran” ataupun “ke-native-speaker-an” yang tercermin dari seseorang berbicara (Brooks, 1964:252).

1. Pidato
Komunikasi lisan khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu (serta merta), menghafal, metode naskah, dan ekstemporan. Selain itu, ketika menyusun pidato perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Pengumpulan bahan.
b. Garis besar pidato.
c. Uraian secara detail.
Pidato yang baik memerlukan latihan, dengan kata lain latihan pidato mutlak harus dilaksanakan terutama untuk mimik, nada bicara, intonasi, dan waktu. Hal ini untuk memperoleh hasil yang baik. Biasanya pidato bertujuan untuk mendorong, meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan.
Sebelum melakukan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis sebagai berikut:
a) Jumlah pendengar
b) Tujuan mereka berkumpul
c) Adat kebiasaan mereka
d) Acara lain
e) Tempat berpidato
f) Usia pendengar
g) Tingkat pendidikan pendengar
h) Keterikatan hubungan batin dengan pendengar
i) Bahasa yang biasa digunakan
Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, selain itu penyajian pesan dengan jelas akan mempermudah pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun.
Organisasi pesan dapat mengikuti 6 macam urutan, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Selain itu pula, setiap pidato hendaknya membuat garis besar. Ciri-ciri garis besar yang baik dalam menyusun dan membawakan suatu pidato, yaitu:
1. Garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi, dan penutup
2. Lambang-lambang yang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak membingungkan
3. Penulisan pokok pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas harus dibedakan
Dalam kaitan dengan nilai komunikasi maka pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik. Kata-kata harus jelas dalam arti kata-kata yang dipilih tidak boleh mengandung makna ganda sehingga pendengar merasa bingung dalam menafsirkan pembicaraan. Oleh karena itu, susunan kata-kata harus dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan secara cermat.
Untuk mencapai kejelasan dalam memilih kata-kata tersebut, haruslah diperhatikan hal-hal berikut:
1. Gunakanlah kata-kata yang spesifik, maksudnya janganlah menggunakan kata-kata yang terlalu umum artinya sehingga mengundang bermacam-macam penafsiran.
2. Gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah dipahami dengan cepat.
3. Hindarilah istilah-istilah teknis, maksudnya janganlah menggunakan istilah-istilah yang sekiranya tidak dapat dipahami pendengar pada umumnya.
4. Berhematlah dalam menggunakan kata-kata, maksudnya membiasakan berbicara dengan menggunakan kalimat efektif.
5. Gunakan perulangan atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan terhadap gagasan utama untuk memperjelas kambali.
Hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato, yaitu cara membuka dan menutup pidato. Pedoman untuk membuka pidato yang baik yaitu dengan cara sebagai berikut :
a) Langsung menyebutkan pokok permasalahan,
b) Melukiskan latar belakang masalah.
c) Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
d) Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
e) Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato.
f) Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak.
g) Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu.
h) Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar.
i) Memberikan pujian kepada khalayak atas prestasi mereka.
j) Memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan.
k) Mengajukan pertanyaan provokatif.
l) Menyatakan kutipan.
m) Menceritakan pengalaman pribadi.
n) Mengisahkan cerita faktual, fiktif atau situasi hipotesis.
o) Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya.
p) Membuat humor.
Dalam membuka pidato, kita tinggal memilih satu diantara cara-cara tersebut sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia, topik, tujuan, situasi. Adapun cara menutup pidato adalah sebagai berikut:
a) Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan.
b) Menyatakan kemnali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda.
c) Mendorong khalayak untuk bertindak.
d) Mengakhiri dengan klimaks.
e) Menyatakan kutipan alquran, sajak, peribahasa atau ucapan para ahli.
f) Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicara.
g) Menerangkan maksud yang sebenarnya pribadi pembicara.
h) Menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup pidato tersebut bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas.

2. Dialog
Dialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah. Dialog dapat dilakukan di berbagai tempat. Tempat-tempat yang biasa terjadi interaksi dialog, misalnya di rumah, di pasar, di jalan raya, di kantor, di sekolah, di rumah sakit, dan di tempat-tempat umum lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika berdialog adalah:
1. Bagaimana menarik perhatian
2. Bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan
3. Bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari kejelasan
4. Bagaimana mengakhiri suatu percakapan
Bahasa dalam dialog biasanya pendek-pendek. Namun demikian pembicaraan dapat mudah dipahami apabila disertai mimik yang mendukung. Ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan sejenisnya termasuk paralinguistik yang amat penting dalam dialog.

3. Bercerita
Manfaat bercerita diantaranya, yaitu
a. Memberikan hiburan,
b. Mengajarkan kebenaran,dan
c. Memberikan keteladanan
Untuk mahir bercerita diperlukan persiapan dan latihan. Persyaratan yang perlu diperhatikan di antaranya :
a. Penguasaan dan penghayatan cerita,
b. Penyelarasan dengan situasi dan kondisi,
c. Pemilihan dan penyusunan kalimat,
d. Pengekspresian yang alami, dan
e. Keberanian

4. Diskusi
Nio (dalam Haryadi, 1981:18, dikutip dari mulyati, 2008) menjelaskan bahwa diskusi ialah proses pelibatan dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah.
Brilhart (Mulyati, 2008) menjelaskan bahwa diskusu yaitu bentuk tukar pikiran secara teratur dan tererah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk mengambik keputusan bersama dalam mengatasi masalah.
Dari kedua batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah :
1. Parsitipasi lebih dari satu orang,
2. Dilaksakan dengan bertatap muka,
3. Menggunakan bahasa lisan,
4. Bertujuan untuk mendapatkan kesempatan bersama,
5. Dilakukan dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab.




BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berbicara merupakan suatu keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan gagasan.
Berbicara bertujuan untuk berkomunikasi, selain itu berbicara juga bertujuan untuk member dorongan, stimulasi, meyakinkan, bertindak, menginformasikan, dan menghibur.
Macam berbicara sangat beragam, tergantung dasar apa yang digunakan untuk membedakannya. Berbicara dapat dibedakan menjadi: persuasif (mendorong, meyakinkan, bertindak), instruktif (memberitahukan), dan rekreatif (menyenangkan). Sedangkan pendapat lain dibedakan menurut situasi, tujuan, metode, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus.
Metode berbicara yaitu: impromptu, menghafal naskah, dan ekstemporan. Dalam berbicara diperlukan persiapan antara lain: meneliti masalah, menyusun uraian, dan mengadakan latihan berbicara.
Seseorang dapat berbicara ideal jika dapat: memilih topik dengan tepat, menguasai materi dengan baik, mengetahui situasi, memahami latar belakang pendengar, tujuannya jelas, memanfaatkan alat bantu, penampilannya, terencana dan kontak dengan pendengar.
Keterampilan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur yang penting terhadap keberhasilan seseorang dalam semua bidang kehidupan. Sebab berbicara dan berpikir mempunyai hubungan yang erat, keduanya harus berada dalam keserasian. Beberapa keterampilan dalam berbicara efektif yaitu: pidato, dialog, diskusi, musyawarah, bercerita.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Rukayah. 1996. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Surakarta.

Mulyati Yeti, dkk. 2008. Ketrampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

http://www.makalahdanskripsi.blogspot.com/

http://www.id.shvoong.com/

ALAT OPTIK

Alat Optik
BY FISIKACERIA ON 26-DEC-2010 IN FISIKA SMA, KELAS 10, OPTIK, SEMESTER GENAP
Benda optik/alat optik adalah benda yang menggunakan lensa optik untuk melakukan fungsinya dalam membantu kegiatan tertentu. Lensa optik bisa terbuat dari bahan kaca, plastik, fiber, dan lain sebagainya. Berikut di bawah ini merupakan arti definisi / pengertian dari beberapa benda / alat optik yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. (kamera, lup, mikroskop, teleskop, proyektor, dan episkop).
1. Kamera


Order gambar kamera dan pembentukan bayangan pada kamera Aperture berfungsi mengatur diafragama, sedangkan diafragma berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke kamera.
Pada kamera terdapat sebuah lensa cembung untuk membiaskan sinar dari benda himgga bayangan jatuh di film sebagai layer. Benda yang akan dipotret ditempatkan pada jarak lebih besar dari 2f (2 kali jarak titik api) di depan lensa. Ingatkah di mana bayangan benda akan didapatkan dan bagaimana sifat-sifat bayangan itu? Tentu saja bayangan akan jatuh antara f dan 2f yang memiliki sifat diperkecil, nyata, dan terbalik.

Bagaimanakah kesamaannya dengan mata? Prinsip kerja kamera dan mata adalah sama. Apabila mata melihat benda, sinar dari benda yang masuk ke mata dibiaskan lensa mata. Bayangan jatuh di layer mata atau retina. Sifat bayangan yang terjadi nyata, diperkecil, dan terbalik. Tersusun dari apakah pelat film itu? Pelat film berupa selluloid. Pelat itu dilapisi perak bromide dan sangat peka terhadap cahaya. Apabila bayangan objek mengenai pelat film akan tercetak sebagai gambar negative. Setelah proses pencucian, film dapat dicetak sebagai gambar positif pada kertas foto.
2. Mata
a. Lensa Mata sebagai Alat Optik
Mengapa mata dikatakan sebagai alat optik? Untuk menjawab pertanyaan itu, perhatikan Gambar.


Order gambar mata indara penglihatan dan bagian-bagiannya
Bentuk mata menyerupai bola. Pada bola mata terdapat benda bening yang disebut lensa mata. Lensa mata bersifat tembus cahaya.Apa jenis lensa mata? Apa pula fungsi lensa mata itu? Lensa mata berupa lensa cembung. Lensa mata memiliki fungsi membiaskan sinar-sinar yang datang ke mata. Dengan demikian, bayangan benda dapat tepat jatuh di retina mata. Jadi, mata memiliki fungsi seperti pada kamera. Oleh karena itu, mata disebut alat optik.

b. Proses Terjadinya Bayangan pada Retina
Apakah fungsi pupil, retina, dan bintik kuning? Bagaimana proses melihat benda itu terjadi? Pupil adalah bagian mata yang berfungsi mengatur besar kecilnya cahaya yang masuk ke bola mata. Retina adalah selaput tipis di bagian belakang bola mata. Lapisan itu paling banyak mengandung saraf penglihatan. Fovea atau bintik kuning adalah bagian retina, tempat berkumpulnya ujing-ujung saraf penglihatan sehingga paling peka terhadap rangsang (impuls) cahaya.
Syarat kita dapat melihat benda adalah harus ada cayaha. Cahaya dapat berasal langsung dari sumber cahaya atau berasal dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang ada di sekeliling kita. Cahaya masuk menembus kornea, terus melewati lensa mata, dan akhirnya sampai ke retina. Bayangan benda jatuh tepat di bintik kuning, bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil. Bayangan itu merupakan rangsangan atau informasi yang dibawa oleh syaraf penglihatan menuju pusat syaraf penglihatan di otak. Di otak, rangsangan ditafsirkan dan barulah kemudian kita mendapat kesan melihat benda.
Bagaimanakah cara lensa mata mengatur agar bayangan benda tepat jatuh di retina?
Lensa mata mengatur penyesuaian terhadap jarak benda dengan jalan mengatur cembung dan pipihnya lensa sehingga bayangan jatuh di retina. Proses itu disebut berakomodasi. Apabila jarak benda sangat dekat, lensa akan mencembung. Sebaliknya, apabila jarak benda jauh, lensa mata akan memipih.
Lensa mata dalam keadaan secembung-cembungnya, dikatakan berakomodasi maksimum. Sebaliknya, lensa mata dalam keadaan sepipih-pipihnya, dikatakan berakomodasi minimum atau tidak berakomodasi.
c. Batasan Penglihatan
Apakah ada batasannya penglihatan mata itu? Penglihatan mata berada antara titik dekat dan titik jauh.
1) Titik dekat(punctum proximum) adalah titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas apabila lensa mata berakomodasi maksimum atau lensa mata secembung-cembungnya. Pada waktu berakomodasi maksimum, oto-otot silliaris atau otot-otot lensa mata bekerja sekuat-kuatnya agar lensa mata dalam keadaan secembung-cembungnya. Keadaan seperti itu menyebabkan kelelahan mata. Daya akomodasi maksimum pun terbatas. Semakin dekat benda dengan mata, semakin kuat lensa mata harus dicembungkan, sampai suatu saat tidak mampu lagi untuk dicembungkan. Hal itu terjadi apabila bendanya berada di titik dekat. Apabila bendanya didekatkan lagi melewati batas titik dekat, penglihatan kita akan semakin kabur. Kemampuan otot-otot lensa mata untuk bekerja dipengaruhi usia seseorang. Pada usia anak-anak otot lensa mata sangat kuat untuk mencembungkan lensa mata. Oleh karena itu, anak-anak mampu melihat benda-benda yang sangat dekat jaraknya. Pada orang dewasa otot-otot lendsa matanya semakin lemah sehingga jarak punctum proximumnya makin jauh. Pada mata emetrop atau mata normal anak-anak, jarak punctum proximumnya antara 10 cm sampai 15 cm, sedangkan pada orang dewasa antara 20 cm sampai 30 cm.
2) Titik jauh (punctum remotum), adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat jelas oleh mata tanpa berakomodasi. Pada waktu lensa mata tidak berakomodasi (dalam keadaan sepipih-pipihnya), berkas-berkas sinar sejajar berkumpul di retina. Keadaan ini terjadi jika mata sedanng beristirahat atau mata melihat benda yang letaknya jauh sekali. Oleh karena itu punctum remotum mata normal berada di tempat yang jauh tak terhingga.
d. Cacat Mata
Apakah kalian tau bagaimanakah cacat mata itu dan apakah sebenarnya cacat mata itu? Apakah kalian pernah mengalami ganguan pada penglihatan kalian? Gangguan ini terjadi kemungkinan karena menurunnya daya akomodasi, tidak meratanya kelengkungan lensa mata, dan terjadinya pengapuran pada lapisan kornea. Mata yang sudah mengalami kelainan ini disebut cacat mata.
Bagaimana agar orang yang menderita cacat mata dapat melihat benda secara normal kembali? Jawabannya adalah penderita cacat mata harus dibantu dengan menggunakan kaca mata. Kaca mata apakah yang tepat untuk penderita yang tidak dapat melihat benda pada jarak dekat, atau sebaliknya tidak dapat melihat benda pada jarak yang jauh?
MIOP (Rabun Jauh)



Pernahkan kalian bertemu dengan orang yang tidak dapat meelihat benda-benda yang letaknya jauh? Miop terjadi karena letak punctum remotum dan puctum proximumnya bergeser mendekati mata, lebih dekat dari pada mata normal. Hal ini terjadi karena bentuk bola mata terlalu lonjong ke belakang sehingga berkas-berkas cahaya sejajar sumbu utama berasal dari punctum remotum. Jika tidak berakomodasi, berkas cahaya itu akan mengumpul di suatu titik di depan retina.
Bagaimana agar berkas cahaya mengumpul tepat di retina? Kalian ingat bahwa lensa cekung berfungsi memancarkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melewati bidang lensa mata lebih besar, sehingga titik potong sinar biasnya tidak didepan retina lagi tetapi mundur tepat di retina. Oleh sebab itu penderita miop harus menggunakan kaca mata negative (lensa cekung).


Hipermotropi (Rabun dekat)




Gambar mata hipermetrop Hipermetrop adalah cacat mata yang tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya dekat. Orang yang menderita hipermiop mempunyai bentuk bola mata terlalu pendek atau lensa mata terlalu pipih, sehingga berkas vahaya sejajar sumbu utama. Pada penderita ini letak punctum proximum bergeser menjauhi mata. Jika mata tidak berakomodasi, berkas cahaya itu akan mengumpul di suatu titik di belakang retina. Perhatikan gambar berikut.
Bagaimana agar berkas cahaya dapat dikumpulkan kembali tepat di retina? Pada bab cahaya kalian sudah mempelajari bahwa sifat lensa cembung berfungsi konvergen atau mengumpulkan berkas cahaya. Sehingga berkas cahaya akan sejajar sumbu utama dan akan melewati bidang lensa mata lebih sempit. Akibatnya titik potong sinar biasnya tidak lagi berpotongan di belakang lensa, tetapi maju tepat di retina. Oleh sebab itu penderita hipermiop dapat ditolong dengan kaca mata positif.

Astigmatisma (mata silindris)/ Presmiob


Astigmatisma disebabkan karena kornea mata tidak berbentuk sferik (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang dari pada bidang lainnya. Akibatnya benda yang berupa titik difokuskan sebagai garis. Mata astigmatisma juga memfokuskan sinar-sinar pada bidang vertikal lebih pendek dari sinar-sinar pada bidang horisontal.Astigmatisma ditolong/dibantu dengan kacamata silindris.

Apakah kalian masih mempunyai nenek dan kakek? Usia mereka sudah sangat tua dan kekuatan mata mereka akan semakin melemah tidak seperti waktu mereka masih muda. Apakah kalian tahu jenis cacat mata yang diderita kakek dan nenek kalian? Orang-orang yang sudah lanjut usia mengalami gangguan penglihatan terhadap benda-benda yang letaknya dekat maupun terlalu jauh. Sebenarnya gangguan ini bukan masuk golongan cacat mata. Pada usia tua, otot-otot lensa mata telah mengendur sehingga daya akomodasinya berkurang. Jarak bacanya tidak lagi 25 cm seperti halnya pada mata normal, tetapi lebih jauh lagi. Biasanya orang yang sudah tua membaca tulisan dengan dijauhkan dari matanya.
Penderita prebiop dapat ditolonng dengan kaca mata berlensa rangkap, yaitu lensa cembung dan lensa cekung dalam satu lensa. Bagian atas cekung untuk melihat benda yang jauh dan bagian bawah cembung untuk membaca.
3. Alat-Alat Optik Lain: lup (kaca pembesar), mikroskop, teleskop, dan proyektor.


Lup adalah Lensa positif yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang kecil agar tampak lebih besar dan lebih jelas. Alat ini biasa digunakan oleh tukang arloji pada waktu mereparasi kerusakan jam tangan. Perajin perhiasan emas dan perak juga menggunakan alat ini untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Cara menggunkan lup adalah sebagai berikut.
1) Untuk mata berakomodasi maksimum, benda diletakkan diantara F dan O atau ajarak benda (so) selalu lebih kecil daripada jarak titik api (f).
2) Untuk mata tidak berakomodasi, benda diletakkan tepat pada titik api (f) atau jarakbenda (so) sama dengan jarak titik api lup (f). Jika mata berakomodasi maksimum, jarak bayangan benda di titik dekat punctum proximum atau pada jarak baca normal adalah 25 cm. Bayangan yang terjadi maya, si = -25 cm maka berdasarkan persamaan pada lensa:
Persamaan perbesaran lup

Pembesaran bayangan saat mata berakomodasi maksimum
Dengan ketentuan:
o M = Pembesaran
o Sn = Titik dekat (cm)
o f = Fokus lup (cm)

Pembesaran bayangan saat mata tidak berakomodasi

Dengan ketentuan:
o M = Pembesaran
o Sn = Titik dekat (cm)
o f = Fokus lup (cm)


Alat Optik Part 2
BY FISIKACERIA ON 26-DEC-2010 IN FISIKA SMA, KELAS 10, OPTIK, SEMESTER GENAP
Mikroskop


Apakah kalian pernah menggunakan mikroskop? Tentunya kalian pernah melihat mikroskop bahkan pernah menggunakannya. Cobalah kalian pergi ke laboratorium IPA sekolah kalian, disana akan ada mikroskop. Mikroskop adalah alat optik untuk mengamati benda-benda sangat kecil (micron), seperti bakteri dan kuman.perhatikan gambar mikroskop berikut ini.
Order gambar mikroskop

Mikroskop terdiri atas dua lensa positif, yaitu yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif berada di dekat objek sedangkan lensa okuler berada di depan mata pengamat. Jarak titik api lenmsa okuler lebih panjang dari pada lensa objektif. Bagaimanakah pembentukan bayangan oleh mikroskop?
1) Lensa objektif berfungsi untuk membentuk bayangan sejati, terbalik dan diperbesar dari benda yang diamati. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif dianggap benda bagi lensa okuler.
2) Lensa okuler berfungsi membentuk bayangan maya, tegak dan diuperbesar.
Rumus Perbesaran mikroskop Pembesaran mikroskop adalah hasil kali pembesaran lensa objektif dan pembesaran lensa okuler, sehingga dirumuskan:
Mmik = Mob x Mok
Karena lensa okuler mikroskop berfungsi seperti lup, pembesaran mikroskop dirumuskan sebagai berikut:
Pembesaran Mikroskop pada saat mata berakomodasi maksimum

Agar mata berakomodasi maksimum, jarak lensa objektif dan lensa okuler dirumuskan:

Dengan ketentuan:
o Mmik = Pembesaran mikroskop
o Mob = Pembesaran oleh lensa objektif
o Sn = Titik dekat mata
o fok = Jarak fokus lensa okuler
o S’ob = jarak bayangan oleh lensa objektif
o Sob = jarak benda di depan lensa objektif
o d = jarak lensa objektif dan lensa okuler
Pembesaran Mikroskop pada saat mata tidak berakomodasi

Agar mata berakomodasi maksimum, jarak lensa objektif dan lensa okuler dirumuskan:
d = S’ob + fok
1) Teleskop


Apakah kalian pernah melihat teleskop? Teleskop berkebalikan dengan lup dan mikroskop. Lup dan mikroskop berfungsi untuk mengamati benda-benda yang letaknya dekat. Sedangkan teleskop atau teropong adalah alat optik yang untuk mengamati benda-benda yang jauh jaraknya agar tampak lebih dekat dan jelas. Teleskop atau teropong dibedakan menjadi dua yaitu teropong bintang dan teropong bumi.

2) Teropong Bintang
Jika langit pada malam hari tidak tertutup awan, kalian dapat menikmati taburan bintang yang beribu-ribu jumlahnya. Bintang dilangit tampak kecil dan hanya berkelap kelip jika diamati dari bumi dengan mata telanjang. Dengan teropong bintang kalian dapat melihat benda-benda angkasa yang lain seperti bintang, bulan, dan planet dengan ukuran yang lebih besar. Ada dua jenis teropong bintang.
3) Teropong Bintang

Pembesaran Teropong Bintang

Jarak lensa objektif dan lensa okuler
d = fob + fok
Teropong Bumi

Pembesaran Teropong Bumi

Jarak lensa objektif dan lensa okuler
d = fob + 4fp + fok

4) Proyektor
Proyektor adalah alat optik yang digunakan untuk memproyeksikan gambar pada sebidang layer. Berdasarkan jenis gambar proyektor dibedakan dua.
1) Diaskop, Diaskop adalah alat yang digunakan untuk memproyeksikan bayangan nyata dari sebuah gambar diapositif, yaitu gambar yang tembus cahaya. Proyektor yang termasuk jenis diaskop adalah :
a) Proyektor film: Digunakan untuk memproyeksikan gambar tembus pandang. Gambar yang sati dengan yang lainnya merupakan gambar mati dan terputus-putus, kemudian diputar 16 gambat tiap detik dengan kecepatan tinggi maka kesan yang ditangkap oleh mata adalah gambar hidup. Seperti halnya jika ujung sebuah lidi yang dibakar dikibas-kibaskan dalam ruang gelap, akan tampak garis cahaya bukan titik cahaya. Kesan demikian sebagai efek bayangan iring.
b) Slide proyektor: Proyektor ini memproyeksikan slide (film) satu demi satu ke sebidang layer. Film yang diproyeksikan ke layer berupa deretan gambar diapositif yang digulunng dalam roll film. Bagian slide proyektor adalah sebagai berikut.
(1) Lampu proyektor merupakan bagian utama yang sangat kuat memancarkan cahaya.
(2) Cermin cekung, berfungsi mengumpulkan cahaya agar daya pancar sinar proyektor lebih kuat.
(3) Kondensor, berupa dua buah lensa cembung-datar yang disusun bertolak belakang, berfungsi agar sinar jatuh ke slide merata ke seluruh permukaan.
(4) Filter, berfungsi melindungi slide dari panas yang dihasilkan lampu proyektor.
(5) Lensa proyektor, berupa lensa cembung yang berfungsi sebagai pembalik. Oleh karena itu untuk memperoleh bayangan tegak di layer, slide harus dipasang terbalik. Jadi bayangan yang dihasilkan proyektor adalah nyata, terbalik, dan diperbesar.
c) Overhead proyektor (OHP): OHP adalah banyak digunakan untuk media pendidikan di sekolah atau rapat-rapat dikantor. Bagian OHP sama seperti slide proyektor yaitu dua buah cermin datar untuk memantulkan cahaya dan dua buah lensa cembung untuk lensa proyektor. Gambar diapositifnya dapat berupa selembar plastic ukuran folio yang dgambari dengan tinta spidol.
2) Episkop: Gambar-gambar yang tidak tembus cahaya diproyeksikan dengan episkop. Biasanya digunakan oleh seniman lukis untuk memproduksi lukisan. Misalnya untuk membuat gambar pada billboard atau papan reklame.alat yang dapat dipakai, baik untuk episkop maupun diaskop dinamakan epidiaskop.
Pembiasan Cahaya Pada Lensa
BY FISIKACERIA ON 24-DEC-2010 IN FISIKA SMA, KELAS 10, OPTIK, SEMESTER GENAP


Letak bayangan benda akibat proses refraksi pada lensa
Perhitungan letak bayangan pada lensa dan cermin akan mengikuti:
di mana : 1/S1 + 1/S2 = 1/f
S1 adalah jarak objek/benda dari lensa/cermin
S2 adalah jarak bayangan benda dari lensa/cermin
f adalah jarak fokus = R/2.
Rumus perhitungan untuk perbesaran bayangan, M:

M = – S2/S1 = f/f-S1 ; di mana tanda negatif menyatakan objek yang terbalik (objek yang berdiri tegak memakai tanda positif).
Hukum Snellius juga disebut Hukum pembiasan atau Hukum sinus dikemukakan oleh Willebrord Snellius pada tahun 1621 sebagai rasio yang terjadi akibat prinsip Fermat. Pada tahun 1637, René Descartes secara terpisah menggunakan heuristic momentum conservation in terms of sines dalam tulisannya Discourse on Method untuk menjelaskan hukum ini. Cahaya dikatakan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi pada medium yang lebih padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul akibat terusiknya plenum, substansi kontinu yang membentuk alam semesta.
Pembiasan Cahaya Pada Lensa: Apabila lensa tebal hanya memiliki sebuah permukaan, maka lensa tipis mempunyai dua buah permukaan dan tebal lensa dianggap nol. Lensa tipis merupakan benda tembus cahaya yang terdiri dari dua bidang lengkung atau satu bidang lengkung dan satu bidang datar.
1. Lensa cembung (lensa positif)
Tiga sinar istimewa pada lensa Cembung


a. Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan melalui titik fokus aktif F1
b. Sinar datang melalui titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu utama
c. Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa pembiasan

2. Lensa cekung (lensa negatif)
Tiga sinar istimewa pada lensa cekung


a. Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan seakan-akan berasal dari titik fokus aktif F1
b. Sinar datang seakan-akan menuju titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu utama
c. Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa pembiasan

Rumus Lensa Tipis
1/f = 1/So + 1/Si
M = Si / So
P = 1 / f
Keterangan:
• So = jarak benda (m)
• Si = jarak bayangan (m)
• f = jarak fokus (m)
• M = Perbesaran linier bayangan
• P = Kuat lensa (dioptri)

Rumus-rumus di atas dipergunakan dengan perjanjian sebagai berikut.
(1) Jarak fokus lensa bernilai:
a) positif untuk lensa cembung, karena lensa cembung bersifat mengumpulkan cahaya
b) negatif untuk lensa cekung. karena lensa cekung bersifat menyebarkan cahaya.
(2) Untuk benda dan bayangan nyata, nilai So, Si, ho dan hi bernilai positif.
(3) Untuk benda dan bayangan maya, nilai So, Si, ho dan hi bernilai negatif.
(4) Untuk perbesaran bayangan maya dan tegak, nilai M positif
(5) Untuk perbesaran bayangan nyata dan terbalik, nilai M negatif.
Persamaan Lensa Tipis
Keterangan:
• f = jarak fokus (m)
• n1 = indeks bias medium disekitar lensa
• n2 = indeks bias lensa
• R1 = jari-jari kelengkungan permukaan 1
• R2 = jari-jari kelengkungan permukaan 2
• R1 dan R2 bertanda positif jika cembung
• R1 dan R2 bertanda negatif jika cekung
Pembiasan cahaya pada prisma dan kaca plan parallel
a. kaca plan parallel: Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar


Persamaan pergeseran sinar pada balok kaca :

Keterangan :
• d = tebal balok kaca, (cm)
• i = sudut datang, (°)
• r = sudut bias, (°)
• t = pergeseran cahaya, (cm)

b. Prisma
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal.


Kita dapatkan persamaan sudut puncak prisma,

• β = sudut puncak atau sudut pembias prisma
• r1 = sudut bias saat berkas sinar memasuki bidang batas udara-prisma
• i2 = sudut datang saat berkas sinar memasuki bidang batas prisma-udara

Secara otomatis persamaan di atas dapat digunakan untuk mencari besarnya i2 bila besar sudut pembias prisma diketahui….
Persamaan sudut deviasi prisma :

Keterangan :
• D = sudut deviasi ;
• i1 = sudut datang pada bidang batas pertama ;
• r2 = sudut bias pada bidang batas kedua berkas sinar keluar dari prisma ;
• β = sudut puncak atau sudut pembias prisma
Hasilnya disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara sudut deviasi (D) dan sudut datang pertama i1 :


dalam grafik terlihat devisiasi minimum terjadi saat i1 = r2

Persamaan deviasi minimum :
a. Bila sudut pembias lebih dari 15°


Keterangan :
n1 = indeks bias medium ; n2 = indeks bias prisma ; Dm = deviasi minimum ; β = sudut pembias prisma

b. Bila sudut pembias kurang dari 15°



Keterangan
δ = deviasi minimum untuk b = 15° ; n2-1 = indeks bias relatif prisma terhadap medium ; β = sudut pembias prisma

c. Pembiasan pada bidang lengkung



Keterangan :
• n1 = indeks bias medium di sekitar permukaan lengkung ; n2 = indeks bias permukaan lengkung
• s = jarak benda ; s’ = jarak bayangan
• R = jari-jari kelengkungan permukaan lengkung

Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga ada perjanjian tanda berkaitan dengan persamaan-persamaan pada permukaan lengkung seperti dijelaskan dalam tabel berikut ini :


Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contoh berikut ini :

Seekor ikan berada di dalam akuarium berbentuk bola dengan jari-jari 30 cm. Posisi ikan itu 20 cm dari dinding akuarium dan diamati oleh seseorang dari luar akuarium pada jarak 45 cm dari dinding akuarium. Bila indeks bias air akuarium 4/3 tentukanlah jarak orang terhadap ikan menurut
a) orang itu ; b) menurut ikan


a. Menurut orang (Orang melihat ikan, berarti Sinar datang dari ikan ke mata orang)
Diketahui :
• n1 = nair = 4/3 ;
• n2 = nu = 1
• s = 20 cm ;
• R = -30 ; (R bertanda negatif karena sinar datang dari ikan menembus permukaan cekung akuarium ke mata orang)
Ditanya : s’
Jawab
:
Jadi, jarak bayangan ikan atau jarak ikan ke dinding akuarium menurut orang hanya 18 cm (bukan 20 cm!). Tanda negatif pada jarak s’ menyatakan bahwa bayangan ikan yang dilihat orang bersifat maya. Sedangkan jarak orang ke ikan menurut orang adalah 45 cm ditambah 18 cm, yaitu 63 cm (bukan 65 cm!).

b. Menurut Ikan (Ikan melihat orang, berarti Sinar datang dari orang ke mata ikan)
Diketahui :
• n1 = nu = 1 ;
• n2 = nair = 4/3
• s = 45 cm ;
• R = +30 (R bertanda positif karena sinar datang dari orang menembus permukaan cekung akuarium ke mata ikan)
Ditanya : s’

Jawab :
Jadi, jarak bayangan orang atau jarak orang ke dinding akuarium menurut ikan bukan 45 cm melainkan 120 cm. Tanda minus pada jarak bayangan menyatakan bahwa bayangan bersifat maya. Jarak orang ke ikan menurut ikan sama dengan 20 cm ditambah 120 cm, yakni 140 cm. Disebabkan jarak benda dengan bayangan yang dibentuk berbeda maka bayangan juga mengalami perbesaran (M) sebesar :



Refleksi [ Pemantulan Cahaya ]
BY FISIKACERIA ON 22-DEC-2010 IN FISIKA SMA, KELAS 10, OPTIK, SEMESTER GENAP


Diagram refleksi sinar cahaya spekular
Refleksi atau pantulan cahaya terbagi menjadi 2 tipe: specular reflection dan diffuse reflection. Specular reflection menjelaskan perilaku pantulan sinar cahaya pada permukaan yang mengkilap dan rata, seperti cermin yang memantulkan sinar cahaya ke arah yang dengan mudah dapat diduga. Kita dapat melihat citra wajah dan badan kita di dalam cermin karena pantulan sinar cahaya yang baik dan teratur. Menurut hukum refleksi untuk cermin datar, jarak subyek terhadap permukaan cermin berbanding lurus dengan jarak citra di dalam cermin namun parity inverted, persepsi arah kiri dan kanan saling terbalik. Arah sinar terpantul ditentukan oleh sudut yang dibuat oleh sinar cahaya insiden terhadap normal permukaan, garis tegak lurus terhadap permukaan pada titik temu sinar insiden. Sinar insiden dan pantulan berada pada satu bidang dengan masing-masing sudut yang sama besar terhadap normal.

Citra yang dibuat dengan pantulan dari 2 (atau jumlah kelipatannya) cermin tidak parity inverted. Corner retroreflector memantulkan sinar cahaya ke arah datangnya sinar insiden.
Diffuse reflection menjelaskan pemantulan sinar cahaya pada permukaan yang tidak mengkilap (Inggris:matte) seperti pada kertas atau batu. Pantulan sinar dari permukaan semacam ini mempunyai distribusi sinar terpantul yang bergantung pada struktur mikroskopik permukaan. Johann Heinrich Lambert dalam Photometria pada tahun 1760 dengan hukum kosinus Lambert (atau cosine emission law atau Lambert’s emission law) menjabarkan intensitas radian luminasi sinar terpantul yang proposional dengan nilai kosinus sudut θ antara pengamat dan normal permukaan Lambertian dengan persamaan:

Ada 3 buah bentuk cermin pemantul, yaitu : cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. Pada ketiga cermin itu berlaku persamaan umum yang digunakan untuk menghitung jarak bayangan (s`) dari suatu benda yang terletak pada jarak tertentu (s) dari cermin itu.


s = jarak benda
s’ = jarak bayangan
f = jarak titk api (fokus)
sedang pembesarannya :

h’ = tinggi (besar) bayangan
h = tinggi (besar) benda

Catatan :
o Pemakaian persamaan umum tersebut, harus tetap memperhatikan perjanjian tanda.
o Bila s` menghasilkan harga negatip, berarti bayangan maya, sebaliknya jika positip, berarti bayangan nyata.
o Bila bayangan benda bersifat maya, berarti bayangan tegak terhadap bendanya.
a. Cermin Datar
Permukaan cermin datar sangat halus dan memiliki permukaan yang datar pada bagian pemantulannya, biasanya terbuat dari kaca. Di belakang kaca dilapisi logam tipis mengilap sehingga tidak tembus cahaya.
Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar
Ketika kita bercermin, bayangan kita tidak pernah dapat dipegang atau ditangkap dengan layar. Bayangan seperti itu disebut bayangan maya atau bayangan semu. Bayangan maya selalu terletak di belakang cermin. Bayangan ini terbentuk karena sinar-sinar pantul yang teratur pada cermin.
Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai berikut:


a. Bayangannya maya.
b. Bayangannya sama tegak dengan bendanya.
c. Bayangannya sama besar dengan bendanya.
d. Bayangannya sama tinggi dengan bendanya.
Permukaan datar dapat dianggap permukaan sferis dengan R = ∞
Jadi, jarak titik api (focus) untuk permukaan datar ialah :

Sehingga pemakaian persamaan umum menjadi sebagai berikut :

sedang pembesarannya :



Sifat-sifat bayangan pada cermin datar :
1. Bayangan bersifat maya, terletak di belakang cermin bayangan tegak
2. Jarak bayangan = jarak benda
3. Tinggi benda = tinggi bayangan
4. Bayangan tegak
Banyaknya bayangan (n) yang dibentuk oleh dua buah cermin datar yang membentuk sudut tertentu (a) adalah : n = (360°/a)-1

Contoh Soal
Dua cermin datar membentuk sudut 30° satu sama yang lain. Jika suatu benda diletakkan diantara kedua cermin, tentukan jumlah bayangan yang terbentuk.
Diket : a = 300
Dit: n =…?
Jawab:
n=(3600/a)-1
n=(3600/300)-1
n=11
jadi bayangan yg terbentuk ada 11

Cermin cekung (cermin konkaf)
BY FISIKACERIA ON 23-DEC-2010 IN FISIKA SMA, KELAS 10, OPTIK, SEMESTER GENAP
Cermin cekung (cermin konkaf) (+)
Cermin cekung memiliki permukaan pemantul yang bentuknya melengkung atau membentuk cekungan. Garis normal pada cermin cekung adalah garis yang melalui pusat kelengkungan, yaitu di titik M atau 2F. Sinar yang melalui titik ini akan dipantulkan ke titik itu juga.
Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar pantul atau konvergen. Ketika sinar-sinar sejajar dikenakan pada cermin cekung, sinar pantulnya akan berpotongan pada satu titik. Titik perpotongan tersebut dinamakan titik api atau titik fokus (F).
Ketika sinar-sinar datang yang melalui titik fokus mengenai permukaan cermin cekung, ternyata semua sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama. Akan tetapi, jika sinar datang dilewatkan melalui titik M (2F), sinar pantulnya akan dipantulkan ke titik itu juga.
Sinar Istimewa pada Cermin Cekung adalah sebagai berikut:


a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.

b. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.


c. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan ke titik itu juga.
Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung
Jika kita bercermin pada cermin cekung, kita tidak akan mendapatkan bayanganmu selalu di belakang cermin.
Ketika kita meletakkan sebuah benda dengan jarak lebih besar daripada titik fokus cermin cekung, bayangan benda yang terjadi selalu nyata karena merupakan perpotongan langsung sinar-sinar pantulnya (di depan cermin cekung). Akan tetapi, ketika benda kita letakkan pada jarak di antara titik fokus dan cermin, kita tidak akan mendapatkan bayangan di depan cermin. Bayangan benda akan kelihatan di belakang cermin cekung, diperbesar, dan tegak.
Beberapa hal yang harus diingat tentang cermin cekung adalah:
• Titik focus di depan cermin, maka disebut cermin positif
• Sinar pantul bersifat mengumpul (konvergen)
• sifat bayangan tergantung letak
Persamaan-persamaan yang berlaku pada cermin lengkung (cekung dan cembung):
1. Rumus pembentukan jarak fokus cermin : f = ½ R atau R = 2 f
2. Rumus pembentukan bayangan : 1/f = 1/So + 1/Si
3. Rumus perbesaran bayangan : M = -(Si/So) = hi/ho
Keterangan:
So = jarak benda ; Si = jarak bayangan ; f = jarak fokus ; hi = tinggi bayangan ; ho = tinggi benda ; R = jari-jari kelengkungan cermin ; M = Perbesaran linier bayangan
contoh soal
Sebuah benda berada di depan cermin cekung dengan fokus 15 cm. benda diletakan 20 cm di depan cermin cekung, maka jarak bayangan yang terbentuk ke cermin dan perbesarannya adalah …
Diket : f=15 cm; so=20 cm
Dit : si=…? M=….?
Jawab : si = 60 cm ( jarak bayangan )
M ( perbesaran ) = si / s0 = 60cm/20cm = 3 kali

Cermin gabungan
BY FISIKACERIA ON 24-DEC-2010 IN FISIKA SMA, KELAS 10, OPTIK, SEMESTER GENAP

Bila kita letakkan dua cermin, cermin I dan cermin II dengan bidang pemantulan saling berhadapan dan sumbu utamanya berimpit dan bayangan yang dibentuk oleh cermin I merupakan benda oleh cermin II maka kita dapatkan hubungan : d = jarak antara kedua cermin

s’1 = jarak bayangan cermin I
s2 = jarak benda cermin


Cermin cembung
BY FISIKACERIA ON 23-DEC-2010 IN FISIKA SMA, KELAS 10, OPTIK, SEMESTER GENAP
Cermin cembung (cermin konveks) (-)
Pada cermin cembung, bagian mukanya berbentuk seperti kulit bola, tetapi bagian muka cermin cembung melengkung ke luar. Titik fokus cermin cembung berada di belakang cermin sehingga bersifat maya dan bernilai negatif. Cermin cembung memiliki sifat menyebarkan sinar (divergen). Jika sinar-sinar pantul pada cermin cembung kamu perpanjang pangkalnya, sinar akan berpotongan di titik fokus (titik api) di belakang cermin.
Pada perhitungan, titik api cermin cembung bernilai negatif karena bersifat semu. Sinar-sinar pantul pada cermin cembung seolah-olah berasal dari titik fokus menyebar ke luar. Seperti halnya pada cermin cekung.

Pada cermin cembung pun berlaku sinarsinar istimewa:
a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari titik fokus.

b. Sinar dating seolah olah menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

c. Sinar datang menuju titik M (2F) akan dipantulkan seolah-olah dari titik itu juga.

Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung
Bayangan yang terbentuk pada cermin cembung selalu maya dan berada di belakang cermin. Mengapa demikian? Secara grafis, kita cukup menggunakan dua berkas sinar istimewa untuk mendapatkan bayangan pada cermin cembung.
Beberapa hal yang harus diingat tentang cermin cembung adalah:
- Titik focus di belakang cermin, maka disebut cermin negative
- Sinar pantul bersifat menyebar (divergen)
- sifat bayangan : diperkecil, maya, tegak
Persamaan-persamaan yang berlaku pada cermin lengkung (cekung dan cembung):
1. Rumus pembentukan jarak fokus cermin : f = ½ R atau R = 2 f
2. Rumus pembentukan bayangan : 1/f = 1/So + 1/Si
3. Rumus perbesaran bayangan : M = -(Si/So) = hi/ho
Keterangan:
So = jarak benda ; Si = jarak bayangan ; f = jarak fokus ; hi = tinggi bayangan ; ho = tinggi benda ; R = jari-jari kelengkungan cermin ; M = Perbesaran linier bayangan
Contoh soal: Sebuah benda diletakkan 4 cm di depan cermin cembung yang berfokus 6 cm. Letak bayangan yang terbentuk adalah …
Diket : so= 4cm; f= 6cm Dit : si….?
Jawab:

1/f = 1/So + 1/Si
1/6 = ¼+1/si
1/si = 1/6 – ¼
=2/12 – 3/12
si = – 1/12
si = -12


jadi jarak bayangannya adalah 12 cm,, tanda minus menandakan bahwa bayangan yg terbentuk oleh cermin cembung adalah maya